728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Pindah Agama Atau Diusir

    Demi Perbesar Peluang Tinggal di Jerman, Para Migran Timteng Ganti Agama

    Photo Pria asal Iran, Mohammed Ali Zonoobi (kaus putih) tengah menjalani ritual pembabtisan di sebuah gereja di Berlin, Jumat (4/9/2015). Zonoobi adalah satu dari ratuan pengungsi asal Iran dan Afganistan yang memilih untuk memeluk Kristen demi memperbesar peluang mereka diterima di Jerman.

    BERLIN — Demi meningkatkan peluang ditampung di negara baru, berbagai cara digunakan para pengungsi Timur Tengah yang tiba di Jerman. Salah satunya adalah mengganti agama mereka menjadi Kristen.

    Salah satunya adalah Mohammed Ali Zonoobi yang baru saja resmi menjadi seorang pemeluk Kristen pada Jumat (4/9/2015), setelah dibabtis di sebuah gereja di Berlin, Jerman.

    "Maukah kamu menjauhkan diri dari setan dan bujukan jahatnya?" ujar Pastor Gottfried Martens sambil menyiramkan air suci ke kepala pengungsi asal Iran itu.

    "Ya," kata Zonoobi menjawab pertanyaan sang pastor. Seusai mendapat jawaban itu, Pastor Gottfried kemudian memberikan berkat dan membabtis Zonoobi, yang kemudian juga mengganti namanya menjadi Martin.

    Zonoobi, seorang tukang kayu dari Shiraz, Iran, tiba di Jerman bersama istri dan dua anaknya, lima bulan lalu. Dia adalah satu dari ratusan pengungsi asal Iran dan Afganistan yang kini beragama Kristen dalam beberapa waktu belakangan.

    Sama seperti Zonoobi, saat ditanya alasan berganti agama, mereka mengaku telah menemukan kebenaran dalam ajaran Kristen. Namun, patut diduga, alasan utama mereka beragama Kristen adalah untuk memperbesar peluang ditampung di negeri dengan perekonomian terbesar di Eropa itu.

    Gottfried Martens menyadari, berganti agama sangat terkait dengan masalah peluang para pengungsi itu tinggal di Jerman. Namun, bagi Gottfried, alasan mereka menjadi beragama Kristen tidaklah penting.

    Sebenarnya, beragama Kristen tak menjamin para pengungsi itu bisa tinggal di Jerman. Terlebih lagi, Kanselir Angela Merkel telah mengatakan bahwa umat Islam juga bagian dari Jerman.

    Namun, bagi pengungsi Iran dan Afganistan, menjadi umat Kristen bisa meningkatkan daya tawar mereka. Sebab, jika dipulangkan, mereka akan mendapatkan masalah karena sudah mengganti agama mereka.

    Tentu saja, tak ada pengungsi yang mengaku bahwa mereka bersedia memeluk Kristen demi mendapatkan suaka di Jerman. Di sisi lain, beberapa dari pengungsi yang kini memeluk Kristen tak mau menyebutkan nama karena khawatir akan mendapat masalah di kampung halaman mereka.

    Warga Suriah pasti diterima

    Contoh lain adalah Vesam Heydari, yang juga asal Iran. Awalnya dia mencoba meminta suaka di Norwegia dan menjadi beragama Kristen sejak 2009. Namun, permohonannya untuk tinggal di Norwegia ditolak karena pemerintah negeri itu tak percaya bahwa Vesam akan mengalami penindasan di Iran hanya karena dia beragama Kristen.

    Ditolak di Norwegia, Vesam pindah ke Jerman untuk mendapatkan status pengungsi, dan hingga kini masih menunggu keputusan pemerintah Jerman. Dia mengkritik banyaknya pengungsi Iran yang menjadi Kristen karena akan mempersulit peluangnya.

    "Sebagian besar orang Iran di sini berganti agama bukan karena masalah kepercayaan. Mereka hanya ingin tinggal di Jerman," ujar Vesam.

    Di sisi lain, banjir umat baru ini membuat para pemuka agama, seperti Gottfried Martens, tersenyum karena beberapa tahun belakangan banyak gereja di Jerman terus kehilangan umatnya.

    Sebagai contoh, jumlah umat gereja yang dikelola Marten dalam dua tahun terakhir terus menyusut hingga hanya tersisa 150 orang. Nah, dengan kedatangan para pengungsi, umat Martin langsung meningkat menjadi 600 orang.

    Komunitas Kristen lain di Jerman, seperti Gereja Lutheran di Hannover dan Rhineland, juga dikabarkan mengalami peningkatan jumlah umat, setelah banyak pengungsi Iran memeluk Kristen dalam beberapa waktu terakhir.

    Jerman saat ini sedang menghadapi banjir gelombang pengungsi yang di luar dugaan. Hingga akhir tahun ini, diperkirakan, 800.000 pengungsi dari Timur Tengah, Afrika, dan Asia akan "menyerbu" Jerman.

    Saat ini, yang dipastikan mendapatkan suaka di Jerman adalah warga Suriah yang negaranya diamuk perang. Sementara itu, bagi warga Iran dan Afganistan yang situasi negaranya jauh lebih stabil, peluang mereka untuk tinggal di Jerman tak terlalu bagus.

    Mengapa Warga Suriah Tidak Mengungsi ke Negara-negara Teluk?

    Sebuah kartun yang diterbitkan harian Makkah menunjukkan kritik terhadap sikap pemerintah negara-negara Teluk yang kaya karena mereka menutup pintu untuk pengungsi Suriah namun memaksa Uni Eropa menerima mereka.

    Seiring dengan krisis pengungsi Suriah, yang berusaha memasuki wilayah Uni Eropa, pertanyaan muncul mengapa mereka tidak menuju negara-negara Teluk yang kaya dan berjarak lebih dekat?

    Selama bertahun-tahun, mereka justru menyeberang ke Lebanon, Jordania, dan Turki, tetapi hampir tidak ada yang mencoba mendatangi negara-negara Teluk.

    Secara resmi, warga Suriah bisa melamar visa turis atau izin kerja untuk masuk ke negara Teluk. Namun, biayanya amat mahal. Selain itu, terdapat aturan tak tertulis yang membatasi warga Suriah untuk mendapat visa.

    Kemakmuran dan kedekatan negara Teluk dengan Suriah kini telah menimbulkan banyak pertanyaan soal apakah mereka punya kewajiban lebih besar ketimbang negara-negara Eropa terhadap bangsa Suriah yang mengalami kesengsaraan dalam konflik berkepanjangan di negaranya.

    Pertanyaan ini muncul dalam hashtag #Welcoming_Syria's_refugees_is_a_Gulf_duty di media sosial Twitter berbahasa Arab. Tanda pagar itu sudah digunakan sebanyak 33.000 kali pada pekan lalu.

    Para pengguna Twitter memasang foto untuk menggambarkan kesengsaraan pengungsi Suriah, dengan gambar para korban yang tenggelam, anak-anak yang dibawa masuk melalui pagar kawat berduri, atau keluarga yang tidur dengan kondisi seadanya.

    Sebuah laman Facebook bernama The Syrian Community in Denmark berbagi video yang menggambarkan pengungsi diperbolehkan masuk Austria lewat Hongaria, dan membuat pengguna lain bertanya, "Mengapa mereka kabur dari wilayah saudara-saudara kita sesama Muslim, yang seharusnya lebih bertanggung jawab, ketimbang ke negara-negara yang mereka sebut sebagai 'negara kafir'?"

    Pengguna lain menjawab, "Saya bersumpah atas nama Allah yang Maha Perkasa, orang-orang Arab itulah yang kafir."

    Harian Makkah bahkan menerbitkan kartun, yang juga disebarkan juga lewat media sosial, memperlihatkan seorang pria berbaju tradisional dari negara Teluk, melihat ke sebuah pintu berpagar kawat berduri, dan menunjuk pintu lain berbendera Uni Eropa sambil berkata, "Kenapa kamu tak mengizinkan mereka masuk? Dasar orang-orang tidak sopan!?"

    Kartun ini secara jelas menyindir keras sikap pemerintah negara-negara Teluk. Namun, sekalipun banyak seruan di media sosial, negara-negara Teluk tampaknya sulit berubah sikap untuk menolong para pengungsi Suriah.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Pindah Agama Atau Diusir Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top