728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Ketika Tuhan Tidak Berkehendak Mimpi Mimpi Itu Pun Pudar

    Tragedi Chapecoense
    Nasib Tragis Chapecoense, Leicester-nya Brasil

    Chapeco - Chapecoense sungguh sedang dalam antusiasme besar menatap peluang meraih prestasi tertingginya. Sampai kemudian kecelakaan pesawat mengakhiri mimpi tersebut.

    Chapecoense bukanlah tim besar di Brasil. Baru berdiri di 1973, tim kota Chapeco ini belum punya sejarah besar di kancah persepakbolaan Brasil.

    Mereka cuma butuh empat tahun untuk memenangi trofi pertama, yakni gelar juara negara bagian. Trofi itu pada prosesnya dimenangi lagi pada 1996, 2007, 2011, dan 2016. Tapi di level nasional, Chapecoense butuh perjuangan keras.

    Setelah menghabiskan sebagian besar waktu di divisi bawah, Chapecoense untuk kali pertama sejak 1979 tampil di Serie A --level teratas kompetisi-- pada 2014. Sejak saat itu mereka berhasil bertahan di puncak piramida sepakbola Brasil tersebut.

    Musim ini, tim yang dijuluki Verdao atau 'Si Hijau yang Besar' tersebut berpeluang mencapai posisi terbaiknya di level teratas. Dengan satu laga tersisa, Chapecoense kini menempati urutan sembilan Serie A.

    Tapi bukan kiprah di liga yang membuat Chapecoense menyita perhatian, melainkan di kompetisi kontinental. Di musim 2015 lalu, mereka berhasil mencapai perempatfinal Copa Sudamericana sebelum kemudian disingkirkan raksasa Argentina, River Plate.

    Nah, laju mereka semakin impresif musim ini dengan berhasil mencapai final dan akan menghadapi Atletico Nacional. Mereka sudah menyingkirkan tim-tim yang relatif lebih diunggulkan seperti Cuiaba, Independiente, Junior, dan San Lorenzo.

    Kiprah skuat besutan Caio Junior itu kemudian mengingatkan publik Amerika Selatan, khususnya Brasil, akan Leicester City. Mereka dinilai bisa meniru keberhasilan Leicester menebar kejutan dengan menjuarai Premier League musim lalu.

    Chapecoense punya latar belakang yang kurang lebih sama, tim kecil yang tak dijagokan. Bahkan untuk sekadar menggelar final leg II Copa Sudamericana saja, Chapecoense harus 'mengungsi' ke Curitiba karena stadion mereka, Arena Conda, terlalu kecil dan dianggap tak memenuhi syarat.

    Dan julukan Leicester-nya Brasil pun disambut dengan senang hati oleh Caio.

    "Tim kami sungguh mengingatkan saya dengan Leicester, sebuah tim dari kota yang tak diunggulkan, namun mampu memenangi sebuah titel penting," ujarnya seperti dikutip Guardian.

    "Saya mau membuat sebuah tanda musim ini dengan klub ini, dengan kumpulan pemain ini," ucapnya pada September lalu.

    Tinggal satu tahap lagi bagi Chapecoense untuk mengikuti jejak Leicester mewujudkan mimpi terbaik mereka. Tapi di pegunungan Medellin, Senin (28/11/2016) malam waktu Kolombia, mimpi-mimpi itu pudar, kala pesawat yang mereka tumpangi terjatuh dan membuat sebagian besar anggota skuat meninggal dunia.

    Tentang Chapecoense, Klub Brasil yang Alami Kecelakaan Pesawat

    Chapeco - Dunia sepakbola dibuat geger dengan berita soal tragedi yang menimpa klub Liga Brasil, Chapecoense, dalam sebuah kecelakaan pesawat di Kolombia.

    Tak banyak yang mengenal Chapecoense sebelum ini mengingat klub yang didirikan tahun 1973 itu bukanlah tim besar di Brasil layaknya Santos, Sao Paulo, Flamengo, atau Palmeiras.

    Namun, Chapecoense lantas jadi buah bibir, Selasa (29/11) ini, namun sayangnya bukan karena berita baik melainkan kabar duka soal kecelakaan pesawat Lamia Airlines yang terjatuh di kota Medellin, Kolombia.

    Pesawat tersebut berisikan 72 penumpang, di antaranya mengangkut para pemain serta staf Chapecoense. Hanya ada tiga pemain yang selamat yakni dua kiper dan satu pemain belakang.

    Chapecoense sedang menuju Medellin untuk menjalani leg pertama final Copa Sudamericana menghadapi Atletico Nacional. Laga itu langsung dinyatakan ditunda.

    Berikut detikSport coba tampilkan profil singkat soal klub tersebut.

    Siapa Chapecoense?

    Nama lengkap klub ini Associacao Chapecoense de Futebol, yang dibentuk pada tahun 1973. Chapecoense bermarkas di kota Chapeco, Provinsi Santa Catarina di selatan Brasil, kira-kira 450 KM dari Porto Alegre.

    Sejak tahun 1979 berkutat di divisi bawah Brasil, Chapecoense kembali ke Serie A pada 2014 dan bertahan hingga saat ini.

    Ini tentu bukan pencapaian yang biasa saja untuk klub selevel mereka, yang mana lebih didominasi oleh tim-tim besar seperti Corinthians dan Santos.

    Siapa saja korban dalam kecelakaan itu?

    Laporan yang berkembang menyebut setidaknya ada lima orang yang selamat dari total 81 orang yang ada di pesawat itu.

    Belum diketahui berapa banyak orang dan siapa saja pesepakbola yang selamat, tapi media-media lokal menyebut Marcos Danilo, Alan Ruschel, dan Jackson Follmann termasuk yang selamat.

    Pemain terkenal di klub tersebut?

    Cleber Santana, 35 tahun, adalah gelandang sekaligus kapten klub.

    Dia pindah ke Atletico Madrid pada 2007, bermain selama tiga tahun sebelum pindah ke Sao Paulo pada 2010.

    Matheus Biteco dipinjam dari Hoffenheim setelah bergabung dengan klub Jerman itu dari Gremio pada 2015. Dia adalah pemain timnas U-20 Brasil.

    Tujuan?

    Chapecoense akan memainkan laga terpenting dalam sejarah klub itu; leg pertama final Copa Sudamericana melawan tim Kolombia Atletico Nacional.

    Sudamericana (selevel Liga Europa) adalah kompetisi di Amerika Latin, dengan Copa Libertadores selevel dengan Liga Champions.

    Ini adalah laga final pertama dalam sejarah klub itu.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Ketika Tuhan Tidak Berkehendak Mimpi Mimpi Itu Pun Pudar Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top