728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Hidup dari Lelehan Lilin di Kaki Patung Santa Maria

    PEREMPUAN tua itu bernama Magdalena Rubilah Sowiredjo. Postur tubuhnya sedang, cenderung gemuk, namun napasnya masih teratur, meski sepanjang hari harus naik turun anak tangga Gua Maria Sendangsono, di wilayah Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, untuk membersihkan dan mengosongkan lelehan lilin.

    Bagai nyala lilin di kaki patung Santa Maria, semangat perempuan 80 tahun itu pun masih menyala-nyala, bahkan meluap-luap. Seluruh napas dan hidupnya, diabdikannya untuk merawat Bunda Maria.

    Ia selalu tampak berada di sekitar patung Bunda Maria. Tangannya yang masih kuat mencongkel-congkel bongkahan lilin, lelehan lilin, hingga berkilo-kilo, dan kemudian mengangkutnya. "Saya hanya hidup dari debu para peziarah," ia mengibaratkan, ketika membersihkan sisa-sisa lilin para peziarah yang mengikuti Perayaan Ekaristi 100 Tahun Sendangsono.

    Sambil duduk beristirahat di Sangkristi Kapel Sendangsono, perempuan beranak tiga, buah perkawinannya dengan almarhum Alfonsus Mikun Sowiredjo itu, tak mampu menyembunyikan rasa bangganya ketika bercerita tentang anak-anaknya.
    Anak pertamanya menjadi tentara, dan bertugas di Papua.

    Anak keduanya bekerja di hotel di Jepara. Anak bungsunya, Triatno, meneruskan profesi suaminya, menjadi koster di Kapel Sendangsono.

    Perempuan dengan pancaran mata sejuk itu menuturkan benar-benar ingin terus mengabdi kepada Bunda Maria. "Saya tidak digaji. Buat makan sudah cukup dari menjual sisa-sisa lilin itu ke Muntilan. Upah saya di surga," ucap nenek lima cucu itu, sambil tersenyum lebar.

    Dengan keyakinan teguh ia mengatakan, tangan Tuhan juga ikut berkarya dalam hidupnya. "Saya tidak pernah beli pakaian. Kain batik sampai baju hangat ini semua pemberian para peziarah yang mengaku doanya terkabul," katanya.

    Sendangsono yang terletak di sebuah bukit, bagian dari Perbukitan Menoreh, tidak membuatnya terseok-seok seperti layaknya orang berumur 80 tahun.
    Kepasrahan pada Sang Khalik itulah yang membuatnya tetap bersemangat.
    "Berapa pun saya dapatkan dari menjual lelehan lilin, itulah anugerah Tuhan," ujarnya.

    Meski usianya terbilang renta, ia tampak lebih muda 20-an tahun. Rubilah hanya sedikit tersipu disebut lebih muda. Ia lantas bertutur, kepasrahan itulah yang membuatnya tetap kuat dan sehat. Meski satu kilogram lilin hanya dihargai Rp 2.500, ada kalanya jumlah itu bisa mencapai ratusan kali lipat.

    Harian Suara Pembaruan
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Hidup dari Lelehan Lilin di Kaki Patung Santa Maria Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top