Kisah Pilu "Romeo dan Juliet" dari Yaman dan Saudi
Seorang perempuan muda Saudi memohon kepada sebuah pengadilan Yaman untuk membolehkannya tinggal di negara itu dan menikahi pria yang dicintainya.
Dalam kasus yang telah dibandingkan situasi kisah cinta Romeo dan Juliet dalam drama karangan Shakespeare, Huda al-Niran (22 tahun) menentang keluarganya dan menyeberangi perbatasan secara ilegal demi bisa bersama Arafat Mohammed Tahar (25 tahun). Gadis itu telah muncul di pengadilan Yaman dan memohon agar diberikan izin tinggal, sementara para pendukungnya berunjuk rasa di luar gedung pengadilan di Sanaa. Mereka mengenakan bando bertulis "Kami semua Huda."
Nasib dua kekasih itu menyedot perhatian warga Yaman dan Arab Saudi yang sangat konservatif.
Huda telah menantang dua keinginan keluarganya. Keluarganya melarang dia menikahi Tahar serta jangan pernah meninggalkan Saudi untuk Tahar ke Yaman.
Di pengadilan, gadis itu menolak untuk menerima pengacara yang disediakan kedutaan Saudi. Ia takut dirinya akan akan berada di bawah tekanan untuk kembali ke negerinya.
Sebaliknya, Namun mau diwakili oleh pengacara yang ditunjuk organisasi non-pemerintah Yaman yang disebut Hood. Pengacara dari lembaga itu berharap untuk bisa mendapatkan hasil yang menguntungkan. "Ini kasus kemanusiaan, dan tidak harus meningkatkan ketegangan antara kedua negara," kata Abdel al- Qadi Rakib, pengacara dari Hood kepada kantor berita AFP.
Rakib mengindikasikan bahwa Sanaa telah berada di bawah tekanan otoritas Saudi untuk memastikan Huda kembali.
Gadis itu saat ini berada dalam tahanan dan diadili karena memasuk Yaman secara ilegal. Jika terbukti bersalah, ia menghadapi pengusiran.
Hingga hari Minggu (24/11) kemarin tidak ada keputusan yang diumumkan dan pengadilan menetapkan sidang berikutnya pada 1 Desember karena menunggu Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) menetapkan status permintaan suaka Huda. Seorang wakil UNHCR mengonfirmasikan kepada AFP bahwa Huda telah memulai proses untuk diberikan status pengungsi di Yaman. Jika dia berhasil, maka akan sulit bagi pihak berwenang Yaman untuk mengusirnya.
Kasus Huda juga menjadi perhatian Human Rights Watch (HRW) yang berbasis di New York. Pada 19 November, HRW mendesak Yaman untuk tidak memulangkan gadis itu dan mempertimbangkan fakta bahwa mengembalikannya kepada keluarganya bisa menempatkan nyawanya dalam risiko. "Dia takut akan siksaan fisik dari anggota keluarganya jika dia kembali ke Arab Saudi," kata HRW dalam sebuah pernyataan. Gadis itu mengatakan, di masa lalu dia sudah pernah disiksa oleh keluarganya.
Seorang perempuan muda Saudi memohon kepada sebuah pengadilan Yaman untuk membolehkannya tinggal di negara itu dan menikahi pria yang dicintainya.
Dalam kasus yang telah dibandingkan situasi kisah cinta Romeo dan Juliet dalam drama karangan Shakespeare, Huda al-Niran (22 tahun) menentang keluarganya dan menyeberangi perbatasan secara ilegal demi bisa bersama Arafat Mohammed Tahar (25 tahun). Gadis itu telah muncul di pengadilan Yaman dan memohon agar diberikan izin tinggal, sementara para pendukungnya berunjuk rasa di luar gedung pengadilan di Sanaa. Mereka mengenakan bando bertulis "Kami semua Huda."
Nasib dua kekasih itu menyedot perhatian warga Yaman dan Arab Saudi yang sangat konservatif.
Huda telah menantang dua keinginan keluarganya. Keluarganya melarang dia menikahi Tahar serta jangan pernah meninggalkan Saudi untuk Tahar ke Yaman.
Di pengadilan, gadis itu menolak untuk menerima pengacara yang disediakan kedutaan Saudi. Ia takut dirinya akan akan berada di bawah tekanan untuk kembali ke negerinya.
Sebaliknya, Namun mau diwakili oleh pengacara yang ditunjuk organisasi non-pemerintah Yaman yang disebut Hood. Pengacara dari lembaga itu berharap untuk bisa mendapatkan hasil yang menguntungkan. "Ini kasus kemanusiaan, dan tidak harus meningkatkan ketegangan antara kedua negara," kata Abdel al- Qadi Rakib, pengacara dari Hood kepada kantor berita AFP.
Rakib mengindikasikan bahwa Sanaa telah berada di bawah tekanan otoritas Saudi untuk memastikan Huda kembali.
Gadis itu saat ini berada dalam tahanan dan diadili karena memasuk Yaman secara ilegal. Jika terbukti bersalah, ia menghadapi pengusiran.
Hingga hari Minggu (24/11) kemarin tidak ada keputusan yang diumumkan dan pengadilan menetapkan sidang berikutnya pada 1 Desember karena menunggu Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) menetapkan status permintaan suaka Huda. Seorang wakil UNHCR mengonfirmasikan kepada AFP bahwa Huda telah memulai proses untuk diberikan status pengungsi di Yaman. Jika dia berhasil, maka akan sulit bagi pihak berwenang Yaman untuk mengusirnya.
Kasus Huda juga menjadi perhatian Human Rights Watch (HRW) yang berbasis di New York. Pada 19 November, HRW mendesak Yaman untuk tidak memulangkan gadis itu dan mempertimbangkan fakta bahwa mengembalikannya kepada keluarganya bisa menempatkan nyawanya dalam risiko. "Dia takut akan siksaan fisik dari anggota keluarganya jika dia kembali ke Arab Saudi," kata HRW dalam sebuah pernyataan. Gadis itu mengatakan, di masa lalu dia sudah pernah disiksa oleh keluarganya.
0 komentar:
Post a Comment