Diselamatkan, Tiga Bulan "Hilang" di Suhu Ekstrem Quebec Setelah Serangan Beruang
QUEBEC - Kalau 48 jam lagi Marco Lavoie tidak diselamatkan, barangkali lelaki 44 tahun ini akan tewas. Dia ditemukan dalam kondisi hipotermia, dehidrasi, dan kelaparan berat.
Lavoie menjalani tiga bulan terakhir di gurun dengan suhu ekstrem Quebec, Kanada, setelah perkemahannya diserang beruang tanpa menyisakan satu pun peralatan untuk bertahan hidup. Kepolisian Kanada "menemukan" Lavoie, Rabu (30/10/2013).
Kepolisian Quebec menyatakan Lavoie sangat berpengalaman dengan kegiatan luar ruangan. Namun "pertemuan" dengan beruang mengubah peruntungannya.
Berdasarkan penuturan Lavoie, kepolisian mengatakan serangan beruang dihadapi Lavoie setelah dua bulan perjalanan terencana menggunakan kano di Danau Matagami. "Beruang menyerang perkemahan Lavoie, memakan seluruh bekal makanan, dan merusak peralatannya," kata juru bicara kepolisian Christine Coulombe.
Beruang tidak melukai Lavoie tetapi meninggalkannya tanpa peralatan maupun bahan makanan untuk bertahan hidup. Rincian lebih lanjut belum dapat digali dari Lavoie karena kondisinya.
"Ada subkultur orang yang menyukai bepergian dengan perjalanan panjang ke antah berantah, dan kadang-kadang kita lupa betapa berbahayanya itu," ujar Gerald Lemoine, walikota sebuah kota kecil di dekat Matagami, seperti dikutip Montreal Gazette.
Lavoie memulai perjalanan berkanonya pada 16 Juli 2013. Pada 21 Oktober 2013, keluarganya melapor ke polisi karena sudah terlalu lama tak ada komunikasi dari Lavoie. Pencarian pun digelar selama delapan hari di cuaca yang memungkinkan, tanpa mendapatkan hasil.
Tim penyelamat yang berkeliling menggunakan helikopter akhirnya melihat Lavoie pada Rabu (30/10/2013) tetapi tak ada landasan aman untuk mendarat. Coulombe mengatakan petugas penyelamat harus mendaki sekitar satu kilometer ke lokasi Lavoie untuk kemudian membawanya ke helikopter.
Ketika ditemukan, Lavoie nyaris tak bisa berbicara sama sekali, dan awalnya bahkan tak bisa untuk sekadar meminum air. "Kalau dia tak ditemukan dalam satu dua hari dengan kondisinya itu, dia pasti mati kelaparan," kata juru bicara kepolisian Ronald McInnis. Menurut dia, Lavoie sudah kehilangan separuh berat badannya saat berangkat.
Kelaparan selama berbulan-bulan di suhu ekstrem dataran tinggi Kanada, disebut sebagai sebuah siksaan yang tak akan tertahankan oleh kebanyakan orang. "Ini prestasi luar biasa bahwa dia mampu bertahan hidup selama ini dengan nyaris tanpa peralatan," ujar pelatih survival Caleb Musgrave.
Musgrave mengatakan saat seseorang kelaparan, akan ada perubahan besar pada suasana hati, pikiran berhenti, dan seluruh tubuh mengalami kram. Pada titik itu, lanjut Musgrave, badan akan mulai "menggerogoti" lemak dalam organ dan kemudian lemak di otot. "Butuh seseorang yang pantang menyerah untuk melewati semua itu," tegas dia.
QUEBEC - Kalau 48 jam lagi Marco Lavoie tidak diselamatkan, barangkali lelaki 44 tahun ini akan tewas. Dia ditemukan dalam kondisi hipotermia, dehidrasi, dan kelaparan berat.
Lavoie menjalani tiga bulan terakhir di gurun dengan suhu ekstrem Quebec, Kanada, setelah perkemahannya diserang beruang tanpa menyisakan satu pun peralatan untuk bertahan hidup. Kepolisian Kanada "menemukan" Lavoie, Rabu (30/10/2013).
Kepolisian Quebec menyatakan Lavoie sangat berpengalaman dengan kegiatan luar ruangan. Namun "pertemuan" dengan beruang mengubah peruntungannya.
Berdasarkan penuturan Lavoie, kepolisian mengatakan serangan beruang dihadapi Lavoie setelah dua bulan perjalanan terencana menggunakan kano di Danau Matagami. "Beruang menyerang perkemahan Lavoie, memakan seluruh bekal makanan, dan merusak peralatannya," kata juru bicara kepolisian Christine Coulombe.
Beruang tidak melukai Lavoie tetapi meninggalkannya tanpa peralatan maupun bahan makanan untuk bertahan hidup. Rincian lebih lanjut belum dapat digali dari Lavoie karena kondisinya.
"Ada subkultur orang yang menyukai bepergian dengan perjalanan panjang ke antah berantah, dan kadang-kadang kita lupa betapa berbahayanya itu," ujar Gerald Lemoine, walikota sebuah kota kecil di dekat Matagami, seperti dikutip Montreal Gazette.
Lavoie memulai perjalanan berkanonya pada 16 Juli 2013. Pada 21 Oktober 2013, keluarganya melapor ke polisi karena sudah terlalu lama tak ada komunikasi dari Lavoie. Pencarian pun digelar selama delapan hari di cuaca yang memungkinkan, tanpa mendapatkan hasil.
Tim penyelamat yang berkeliling menggunakan helikopter akhirnya melihat Lavoie pada Rabu (30/10/2013) tetapi tak ada landasan aman untuk mendarat. Coulombe mengatakan petugas penyelamat harus mendaki sekitar satu kilometer ke lokasi Lavoie untuk kemudian membawanya ke helikopter.
Ketika ditemukan, Lavoie nyaris tak bisa berbicara sama sekali, dan awalnya bahkan tak bisa untuk sekadar meminum air. "Kalau dia tak ditemukan dalam satu dua hari dengan kondisinya itu, dia pasti mati kelaparan," kata juru bicara kepolisian Ronald McInnis. Menurut dia, Lavoie sudah kehilangan separuh berat badannya saat berangkat.
Kelaparan selama berbulan-bulan di suhu ekstrem dataran tinggi Kanada, disebut sebagai sebuah siksaan yang tak akan tertahankan oleh kebanyakan orang. "Ini prestasi luar biasa bahwa dia mampu bertahan hidup selama ini dengan nyaris tanpa peralatan," ujar pelatih survival Caleb Musgrave.
Musgrave mengatakan saat seseorang kelaparan, akan ada perubahan besar pada suasana hati, pikiran berhenti, dan seluruh tubuh mengalami kram. Pada titik itu, lanjut Musgrave, badan akan mulai "menggerogoti" lemak dalam organ dan kemudian lemak di otot. "Butuh seseorang yang pantang menyerah untuk melewati semua itu," tegas dia.
0 komentar:
Post a Comment