Awas, Hobi Anda Belum Tentu Bisa jadi Usaha
JAKARTA - Sebagian wirausahawan memulai usahanya dari hobi. Hal ini tidak dipungkiri oleh CEO Smartplus Consulting, Yuszak M Yahya. Hanya saja, tutur Yuszak, tidak semua orang cukup beruntung bisa menjadikan hobi atau kegemarannya sebagai usaha dan sumber pendapatan.
Di hadapan pengusaha usaha kecil dan menengah (UKM), Yuszak menyampaikan, sebaiknya pengusaha tidak terburu-buru menjadikan barang-barang kesukaan atau kegiatan kegemaran sebagai moda usaha.
Menurut dia, sebaiknya para pengusaha mengevaluasi ulang produk yang mereka pasarkan. Pasalnya, produk yang menarik di mata wirausahawan, belum tentu menarik bagi masyarakat.
Yuszak mencontohkan, produk yang hanya mampu menjawab masalah 10 orang tentu tidak akan menarik bagi masyarakat umum. Sehingga produk pun tidak akan bisa menjadi sumber pendapatan.
"Hobi kalau tidak bisa dijadikan bisnis, ya biarkan saja menjadi hobi. Yang penting adalah market, potensi. Tidak ingin kan sekarang buka (bisnis), besok tutup. Kita ingin sustainable," tutur Yuszak M Yahya di Jakarta.
Yuszak menyampaikan hal tersebut dalam workshop One InTwenty Movement bertajuk "Gerakan Nasional Masyarakat Wirausaha Menghadapi MEA 2015".
Di tempat yang sama, Dewan Pembina Pro Indonesia Budi Satria Isman, mengatakan, alih-alih hanya memilih dari hobi, wirausahawan sebaiknya memulai bisnis dari masalah.
Budi, yang pernah menjabat sebagai Presiden Direktur PT Sari Husada, mengungkapkan, ide untuk memulai bisnis sebaiknya berasal dari upaya menjawab masalah manusia. Cara ini relatif lebih mudah mencapai pangsa pasar yang besar.
"Lebih baik Anda gagal di sini (di workshop), daripada sudah terlanjur. Ingat prosesnya, ide bisnis bisa muncul dari problem manusia. Apapun problem manusia bisa jadi peluang bisnis. Kalau problem manusia lapar, solusinya makan. Kalau problem lapar kan generik. Solusinya juga generik. Tapi makan kan banyak, makan apa? Bisa nasi, bisa bubur, soto, kan solusi juga," ungkapnya.
Meski sudah menemukan masalah yang tepat, Budi menekankan pentingnya spesifikasi masalah tersebut. Dia menuturkan, bagi pengusaha yang baru mulai dari nol, ada baiknya mencari masalah yang dialami oleh orang banyak, namun masalah tersebut sebaiknya spesifik.
"Kalau sudah punya produk, tanyakan lagi masalah apa yang mau diselesaikan dengan produk tersebut. Semakin spesifik, lebih bagus. Makin melebar, solusinya juga melebar," kata Budi.
JAKARTA - Sebagian wirausahawan memulai usahanya dari hobi. Hal ini tidak dipungkiri oleh CEO Smartplus Consulting, Yuszak M Yahya. Hanya saja, tutur Yuszak, tidak semua orang cukup beruntung bisa menjadikan hobi atau kegemarannya sebagai usaha dan sumber pendapatan.
Di hadapan pengusaha usaha kecil dan menengah (UKM), Yuszak menyampaikan, sebaiknya pengusaha tidak terburu-buru menjadikan barang-barang kesukaan atau kegiatan kegemaran sebagai moda usaha.
Menurut dia, sebaiknya para pengusaha mengevaluasi ulang produk yang mereka pasarkan. Pasalnya, produk yang menarik di mata wirausahawan, belum tentu menarik bagi masyarakat.
Yuszak mencontohkan, produk yang hanya mampu menjawab masalah 10 orang tentu tidak akan menarik bagi masyarakat umum. Sehingga produk pun tidak akan bisa menjadi sumber pendapatan.
"Hobi kalau tidak bisa dijadikan bisnis, ya biarkan saja menjadi hobi. Yang penting adalah market, potensi. Tidak ingin kan sekarang buka (bisnis), besok tutup. Kita ingin sustainable," tutur Yuszak M Yahya di Jakarta.
Yuszak menyampaikan hal tersebut dalam workshop One InTwenty Movement bertajuk "Gerakan Nasional Masyarakat Wirausaha Menghadapi MEA 2015".
Di tempat yang sama, Dewan Pembina Pro Indonesia Budi Satria Isman, mengatakan, alih-alih hanya memilih dari hobi, wirausahawan sebaiknya memulai bisnis dari masalah.
Budi, yang pernah menjabat sebagai Presiden Direktur PT Sari Husada, mengungkapkan, ide untuk memulai bisnis sebaiknya berasal dari upaya menjawab masalah manusia. Cara ini relatif lebih mudah mencapai pangsa pasar yang besar.
"Lebih baik Anda gagal di sini (di workshop), daripada sudah terlanjur. Ingat prosesnya, ide bisnis bisa muncul dari problem manusia. Apapun problem manusia bisa jadi peluang bisnis. Kalau problem manusia lapar, solusinya makan. Kalau problem lapar kan generik. Solusinya juga generik. Tapi makan kan banyak, makan apa? Bisa nasi, bisa bubur, soto, kan solusi juga," ungkapnya.
Meski sudah menemukan masalah yang tepat, Budi menekankan pentingnya spesifikasi masalah tersebut. Dia menuturkan, bagi pengusaha yang baru mulai dari nol, ada baiknya mencari masalah yang dialami oleh orang banyak, namun masalah tersebut sebaiknya spesifik.
"Kalau sudah punya produk, tanyakan lagi masalah apa yang mau diselesaikan dengan produk tersebut. Semakin spesifik, lebih bagus. Makin melebar, solusinya juga melebar," kata Budi.
0 komentar:
Post a Comment