Derita "Celebral Palsy", Wanita Ini Menulis 4 Buku dengan Menggunakan Kaki
Sun Lukang bersama sang suami, Liu Defang dan empat buku karyanya.
BEIJING — Kisah hidup perempuan berusia 26 tahun asal Shandong, China, ini bisa menjadi sebuah inspirasi.
Bagaimana tidak, meski menderita celebral palsy, perempuan ini mampu menghasilkan empat buku yang semuanya ditulis dengan menggunakan kakinya.
Sun Lukang lahir secara prematur di kota kecil Nancun, tak jauh dari Qingdao pada 1990. Saat berusia enam bulan, dokter sudah mendiagnosis bahwa dia menderita celebral palsy.
Celebral palsy adalah sekelompok gangguan yang memengaruhi gerak, keseimbangan, dan postur tubuh akibat cedera otak atau kurangnya asupan oksigen ke otak saat proses kelahiran. Kondisi tersebut mengakibatkan perkembangan kendali otot dan gerakan tidak normal.
Akibat kelainan pada masa kanak-kanaknya ini, Sun nyaris tak bisa berjalan dan tak bisa mengucapkan kata-kata dengan benar.
Meskipun demikian, sang ibu, Jiang Jie, tidak menyerah dan terus mengurus Sun dengan segala keterbatasannya.
"Sebelum dia (Sun) masuk sekolah dasar, kami membantunya dengan berbagai latihan rehabilitasi," kenang Jiang.
"Didorong oleh seorang spesialis, kami melatihnya menulis menggunakan kakinya sebelum dia masuk sekolah," tambah Jiang.
Tentu saja, melatih seorang bocah menulis dengan kakinya bukan pekerjaan mudah. Pada masa-masa awal, Sun sangat kesulitan memegang pensil, apalagi untuk menulis.
Dengan kerja keras tanpa lelah kedua orangtuanya, Sun akhirnya bisa menulis dengan lancar menggunakan kakinya.
Namun, hidupnya kembali berubah pada 2002 ketika sang ayah membelikannya sebuah komputer. Setelah berlatih, Sun menyadari, dia bisa menulis lebih cepat dengan menggunakan kedua kakinya.
Pada masa SMP dan SMA, Sun menjalani home schooling dengan seorang guru yang datang ke kediamannya.
Orangtua Sun mengatakan, putri mereka menyelesaikan semua pelajaran jauh lebih cepat dari perkiraan, dan mereka mempersiapkan Sun untuk memasuki jenjang universitas.
Tak hanya cerdas, Sun juga sangat gemar membaca. Dia hobi mengoleksi dan membaca berbagai jenis buku.
Pada 2013, dia mendirikan klub pencinta buku, dan bercita-cita memiliki perusahaan media pada suatu hari nanti.
Selama 10 tahun terakhir, Sun, yang baru menikah dengan Liu Defang, sudah menghasilkan empat buku.
Bersama sang suami yang dikenalnya pada 2013 lalu itu, Sun menghadiri acara penandatanganan buku di sebuah kafe selama akhir pekan lalu.
Di sana, selain menandatangani buku, Sun juga membacakan puisi-puisi karyanya di hadapan para penggemar setia.
Buku-bukunya laris manis dalam satu hari. Dia mengatakan, uang hasil penjualan buku itu akan disumbangkan untuk organisasi yang melatih para guru.
Sikap tak menyesali hidup, tetap bergembira, dan pantang menyerah membuat sang suami, Liu Defang, kagum.
"Hal yang membuat saya tertarik kepada dia adalah optimisme dan kegembiraannya," ujar Liu.
Liu mengatakan, sejak saling mengenal lalu menikah, mereka sudah melalui berbagai macam masalah bersama. "Saya berjanji akan menjaga Sun sepanjang hidupnya," ujar Liu
Sun Lukang bersama sang suami, Liu Defang dan empat buku karyanya.
BEIJING — Kisah hidup perempuan berusia 26 tahun asal Shandong, China, ini bisa menjadi sebuah inspirasi.
Bagaimana tidak, meski menderita celebral palsy, perempuan ini mampu menghasilkan empat buku yang semuanya ditulis dengan menggunakan kakinya.
Sun Lukang lahir secara prematur di kota kecil Nancun, tak jauh dari Qingdao pada 1990. Saat berusia enam bulan, dokter sudah mendiagnosis bahwa dia menderita celebral palsy.
Celebral palsy adalah sekelompok gangguan yang memengaruhi gerak, keseimbangan, dan postur tubuh akibat cedera otak atau kurangnya asupan oksigen ke otak saat proses kelahiran. Kondisi tersebut mengakibatkan perkembangan kendali otot dan gerakan tidak normal.
Akibat kelainan pada masa kanak-kanaknya ini, Sun nyaris tak bisa berjalan dan tak bisa mengucapkan kata-kata dengan benar.
Meskipun demikian, sang ibu, Jiang Jie, tidak menyerah dan terus mengurus Sun dengan segala keterbatasannya.
"Sebelum dia (Sun) masuk sekolah dasar, kami membantunya dengan berbagai latihan rehabilitasi," kenang Jiang.
"Didorong oleh seorang spesialis, kami melatihnya menulis menggunakan kakinya sebelum dia masuk sekolah," tambah Jiang.
Tentu saja, melatih seorang bocah menulis dengan kakinya bukan pekerjaan mudah. Pada masa-masa awal, Sun sangat kesulitan memegang pensil, apalagi untuk menulis.
Dengan kerja keras tanpa lelah kedua orangtuanya, Sun akhirnya bisa menulis dengan lancar menggunakan kakinya.
Namun, hidupnya kembali berubah pada 2002 ketika sang ayah membelikannya sebuah komputer. Setelah berlatih, Sun menyadari, dia bisa menulis lebih cepat dengan menggunakan kedua kakinya.
Pada masa SMP dan SMA, Sun menjalani home schooling dengan seorang guru yang datang ke kediamannya.
Orangtua Sun mengatakan, putri mereka menyelesaikan semua pelajaran jauh lebih cepat dari perkiraan, dan mereka mempersiapkan Sun untuk memasuki jenjang universitas.
Tak hanya cerdas, Sun juga sangat gemar membaca. Dia hobi mengoleksi dan membaca berbagai jenis buku.
Pada 2013, dia mendirikan klub pencinta buku, dan bercita-cita memiliki perusahaan media pada suatu hari nanti.
Selama 10 tahun terakhir, Sun, yang baru menikah dengan Liu Defang, sudah menghasilkan empat buku.
Bersama sang suami yang dikenalnya pada 2013 lalu itu, Sun menghadiri acara penandatanganan buku di sebuah kafe selama akhir pekan lalu.
Di sana, selain menandatangani buku, Sun juga membacakan puisi-puisi karyanya di hadapan para penggemar setia.
Buku-bukunya laris manis dalam satu hari. Dia mengatakan, uang hasil penjualan buku itu akan disumbangkan untuk organisasi yang melatih para guru.
Sikap tak menyesali hidup, tetap bergembira, dan pantang menyerah membuat sang suami, Liu Defang, kagum.
"Hal yang membuat saya tertarik kepada dia adalah optimisme dan kegembiraannya," ujar Liu.
Liu mengatakan, sejak saling mengenal lalu menikah, mereka sudah melalui berbagai macam masalah bersama. "Saya berjanji akan menjaga Sun sepanjang hidupnya," ujar Liu
0 komentar:
Post a Comment