Comeback Dramatis: Miracle of Istanbul, Football Bloody Hell, dan Sejarah di Camp Nou
Jakarta - Dari dua gol Manchester United di akhir laga, sampai kisah Liverpool menciptakan keajaiban di Istanbul. Sepakbola punya cerita dramatis bagaimana sebuah pertandingan dimenangkan.
Misi yang tidak mungkin. Mungkin kalimat itu cocok disematkan untuk Barcelona saat menjamu PSG di laga kedua babak 16 besar.
Namun, hal yang tidak mungkin itu ternyata bisa mereka patahkan. Alih-alih mencetak empat atau lima gol, mereka malah mengemas setengah lusin gol untuk menyudahi laga 6-1. Dan Barca pun berhak melaju ke perempatfinal dengan agregat 6-5.
Namun, sebelum comeback dari Blaugrana, ada laga-laga lainnya yang juga bisa balikkan keadaan dengan dramatis.
1. Manchester United vs Bayern Munich
Pertemuan kedua tim terjadi pada final Liga Champions 1999 di Camp Nou. MU lebih dulu tertinggal 0-1 lewat gol tendangan bebas Mario Basler di menit 6.
Kejadian berawal ketika bek Ronny Johnsen dari 'Setan Merah' melanggar striker Bayern, Carsten Jancker. Basler, yang ditunjuk sebagai eksekutor berhasil melepaskan tendangan melengkung rendah tepat ke pojok kiri gawang United yang dikawal Peter Schmeichel. 1-0 Die Roten memimpin sampai menit 89.
Memasuki masa injury time, situasi berbalik. MU berhasil mencetak gol penyeimbang lewat kemelut yang tercipta dari sepak pojok di menit 90+1. Teddy Sheringham, yang mencatatkan namanya di papan skor berhasil menceploskan bola setelah menyambar bola liar dari tendangan Ryan Giggs.
Di menit 90+3, MU kembali mendapat sepak pojok. Bola yang dieksekusi David Beckham berhasil disundul Sheringham menuju tanah. Namun, sebelum bola mendarat, Ole Gunnar Solskjaer lebih dulu menyambar ke arah gawang Oliver Khan. 2-1 bertahan sampai peluit akhir, dan The Red Devils keluar sebagai juara.
"Football, bloody Hell," cetus Sir Alex Ferguson saat ditanya wartawan soal laga tersebut.
2. Liverpool vs AC Milan
Laga antara Liverpool vs AC Milan terjadi pada final Liga Champions 2005 di Istanbul. Ketika itu Rossoneri unggul 3-0 di babak pertama lewat gol Paolo Madini di menit 1 dan sepasang gol Hernan Crespo di menit 39 dan 44.
Di babak kedua Liverpool bisa menyamakan kedudukan menjadi 3-3 lewat gol-gol Steven Gerrard (54'), Vladimir Smicer (56'), dan Xabi Alonso (60'). Laga pun berlanjut ke adu penalti setelah tidak ada gol dari kedua tim sampai babak tambahan 2x15 menit.
Dalam laga 'tos-tosan' mental pemain Milan seperti ambruk. Serginho dan Andrea Pirlo yang jadi dua penendang awal Rossoneri gagal menjalankan tugas, sementara itu Dietmar Hamann dan Djibril Cisse membawa Liverpool unggul 2-0.
Di penendang ketiga, Milan bisa sedikit bernapas lega. Jon Dahl Tomasson berhasil menceploskan bola ke gawang. Dan di kubu The Reds, John Arne Riise gagal cetak gol ketiga. Sementara itu penendang keempat dari Milan, Kaka, dan Liverpool, Smicer berhasil menjalankan tugasnya. 3-2 'Si Merah'.
Di penendang kelima game berakhir. Andriy Shevchenko gagal menuntaskan tugasnya setelah bola mampu dihadang Jerzy Dudek. Liverpool keluar sebagai juara tanpa penendang kelima harus menjalankan tugasnya.
Momen comeback Liverpool ini kemudian dikenal sebagai Miracle of Istanbul, alias Keajaiban di Istanbul.
3. Deportivo La Coruna vs Milan
Comeback dramatis La Coruna terjadi pada leg kedua perempatfinal Liga Champions 2004. Sempat unggul 4-1 di leg pertama, Milan akhirnya tersisih setelah tunduk 4-0 di Stadion Riazor.
Gol-gol Super Depor dicetak oleh Walter Pandiani, Juan Valeron, Albert Luque, dan Fran Gonzales. Deportivo pun berhasil melaju ke semifinal dengan agregat 5-4.
4. Queen Park Ranger vs Manchester City
Pertemuan antara QPR dan The Citizens terjadi di laga terakhir Liga Primer Inggris 2011–12. Ketika itu City, yang unggul selisih gol tengah berebut gelar juara dengan Manchester United dengan poin yang sama 86.
Kemenang jadi salah satu hal mutlak yang di dapat anak asuh Roberto Mancini ketika itu. Gol dari Pablo Zabaleta sempat membuat mereka di atas angin.
Namun, di babak kedua QPR sempat berbalik unggul 2-1 lewat gol-gol Djibril Cisse dan Jamie Mackie sampai menit 89. Sedangkan di tempat lainnya MU menang 1-0 di kandang Sunderland.
Di masa waktu injury time, City berhasil membalikkan keadaan dengan mencetak dua gol lewat tandukan Edin Dzeko dan tendangan Sergio Aguero. Gol-gol itu pun membuat MU terdiam di markas Sunderland, mereka yang sebelumnya siap merayakan pesta juara harus menerima kenyataan cuma jadi nomor dua.
5. Tottenham Hotspur vs Manchester United
Pertemuan antara Tottenham Hotspur dan Manchester United terjadi di ajang Liga Primer Inggris 2001. Bermain di White Hart Lane, Spurs unggul 3-0 lebih dulu di babak pertama.
Dean Richards, Christian Ziege, dan Les Ferdinand jadi pencetak gol untuk tim asal London Utara tersebut. Keunggulan yang mencolok itu pun seolah akan membuat Spurs menutup laga dengan kemenangan.
Namun, di babak kedua ternyata United bangkit. Tim besutan Sir Alex Ferguson menceploskan lima gol ke gawang Spurs lewat Andy Cole, Laurent Blanc, Ruud van Nistelrooy, Sebastian Veron, dan David Beckham. Laga pun berakhir dengan 5-3 untuk kemenangan MU.
6. Barcelona vs PSG
Sampai menit 87, langkah Barca di Liga Champions tampak seperti akan terhenti di babak 16 besar. Keunggulan 3-1 lewat gol-gol Luis Suarez, bunuh diri Layvin Kurzawa, penalti Lionel Messi, dan satu gol dari PSG lewat Edinson Cavani, belum bisa bikin Barca melaju ke babak perempatfinal.
Barca masih butuh tiga gol lagi untuk memimpin agregat gol. Mereka berjuang dalam sisa waktu yang sempit: sisa dua menit waktu normal dan 5 menit waktu tambahan. Total hanya ada 7 menit untuk mencabik-cabik gawang PSG.
Tapi, mereka pada akhirnya bisa melakukan itu. Tiga gol digelontorkan lewat sepasang gol Neymar (88',90') dan Sergi Roberto (90+5'). Seisi stadion Camp Nou pun bersorak, merayakan comeback dramatis dan melaju ke prempatfinal dengan agregat 6-5.
Comeback-Comeback Dramatis Lain di Kompetisi Antarklub Eropa
Jakarta - Barcelona melakukan comeback dramatis untuk lolos ke perempatfinal Liga Champions. Ada beberapa comeback dramatis lain di kompetisi antarklub Eropa.
Blaugrana menang 6-1 ketika menjamu Paris Saint-Germain di partai leg kedua 16 besar, Kamis (9/3/2017) dinihari WIB, untuk memastikan tiket delapan besar dengan keunggulan agregat 6-5 -- setelah kalah 0-4 di leg pertama.
Barca mengukir sejarah baru sebagai tim pertama di ajang Piala/Liga Champions yang mampu membalikkan keadaan setelah pada leg pertama ketinggalan agregat dengan selisih empat gol.
Sebelumnya di ajang Piala/Liga Champions, comeback dramatis dilakukan oleh Deportivo La Coruna ketika menghadapi AC Milan pada 2004. Bedanya, Deportivo mengejar defisit agregat dengan selisih tiga gol.
Ketika itu Depor kalah 1-4 di leg pertama perempatfinal, lalu di leg kedua mencatatkan kemenangan 4-0 -- dengan gol terakhir dicetak saat laga tersisa 14 menit. Hasil itu membuat Depor melaju dengan keunggulan agregat 5-4.
Sementara di ajang-ajang antarklub Eropa lainnya comeback mengejar defisit empat gol pada leg pertama, seperti yang dilakukan Barca dinihari tadi, pernah dilakukan oleh tiga klub. Berikut seperti dirangkum BBC:
- Borussia Monchengladbach vs Real Madrid (Piala UEFA 1985-86)
Real Madrid kalah 1-5 di markas Gladbach pada leg pertama. Tapi Madrid kemudian menang 4-0 di Santiago Bernabeu untuk lolos ke delapan besar berkat keuntungan mencetak gol tandang dalam agregat 5-5.
- Leixoes vs La Chaux-de-Fonds (Piala Winners 1961-62)
Leixoes tunduk 2-6 dari La Chaux-de-Fonds pada leg pertama. Namun, di leg kedua Leixoes berhasil menang 5-0 dan melaju ke babak selanjutnya berkat keunggulan agregat 7-6.
- Partizan vs QPR (Piala UEFA 1984-85)
Partizan kalah 2-6 dari Queens Park Rangers pada leg pertama di London. Pada akhirnya Partizan berhasil melaju ke babak berikutnya setelah menang 4-0 di leg kedua -- Partizan punya keuntungan gol tandang dalam agregat 6-6.
Jakarta - Dari dua gol Manchester United di akhir laga, sampai kisah Liverpool menciptakan keajaiban di Istanbul. Sepakbola punya cerita dramatis bagaimana sebuah pertandingan dimenangkan.
Misi yang tidak mungkin. Mungkin kalimat itu cocok disematkan untuk Barcelona saat menjamu PSG di laga kedua babak 16 besar.
Namun, hal yang tidak mungkin itu ternyata bisa mereka patahkan. Alih-alih mencetak empat atau lima gol, mereka malah mengemas setengah lusin gol untuk menyudahi laga 6-1. Dan Barca pun berhak melaju ke perempatfinal dengan agregat 6-5.
Namun, sebelum comeback dari Blaugrana, ada laga-laga lainnya yang juga bisa balikkan keadaan dengan dramatis.
1. Manchester United vs Bayern Munich
Pertemuan kedua tim terjadi pada final Liga Champions 1999 di Camp Nou. MU lebih dulu tertinggal 0-1 lewat gol tendangan bebas Mario Basler di menit 6.
Kejadian berawal ketika bek Ronny Johnsen dari 'Setan Merah' melanggar striker Bayern, Carsten Jancker. Basler, yang ditunjuk sebagai eksekutor berhasil melepaskan tendangan melengkung rendah tepat ke pojok kiri gawang United yang dikawal Peter Schmeichel. 1-0 Die Roten memimpin sampai menit 89.
Memasuki masa injury time, situasi berbalik. MU berhasil mencetak gol penyeimbang lewat kemelut yang tercipta dari sepak pojok di menit 90+1. Teddy Sheringham, yang mencatatkan namanya di papan skor berhasil menceploskan bola setelah menyambar bola liar dari tendangan Ryan Giggs.
Di menit 90+3, MU kembali mendapat sepak pojok. Bola yang dieksekusi David Beckham berhasil disundul Sheringham menuju tanah. Namun, sebelum bola mendarat, Ole Gunnar Solskjaer lebih dulu menyambar ke arah gawang Oliver Khan. 2-1 bertahan sampai peluit akhir, dan The Red Devils keluar sebagai juara.
"Football, bloody Hell," cetus Sir Alex Ferguson saat ditanya wartawan soal laga tersebut.
2. Liverpool vs AC Milan
Laga antara Liverpool vs AC Milan terjadi pada final Liga Champions 2005 di Istanbul. Ketika itu Rossoneri unggul 3-0 di babak pertama lewat gol Paolo Madini di menit 1 dan sepasang gol Hernan Crespo di menit 39 dan 44.
Di babak kedua Liverpool bisa menyamakan kedudukan menjadi 3-3 lewat gol-gol Steven Gerrard (54'), Vladimir Smicer (56'), dan Xabi Alonso (60'). Laga pun berlanjut ke adu penalti setelah tidak ada gol dari kedua tim sampai babak tambahan 2x15 menit.
Dalam laga 'tos-tosan' mental pemain Milan seperti ambruk. Serginho dan Andrea Pirlo yang jadi dua penendang awal Rossoneri gagal menjalankan tugas, sementara itu Dietmar Hamann dan Djibril Cisse membawa Liverpool unggul 2-0.
Di penendang ketiga, Milan bisa sedikit bernapas lega. Jon Dahl Tomasson berhasil menceploskan bola ke gawang. Dan di kubu The Reds, John Arne Riise gagal cetak gol ketiga. Sementara itu penendang keempat dari Milan, Kaka, dan Liverpool, Smicer berhasil menjalankan tugasnya. 3-2 'Si Merah'.
Di penendang kelima game berakhir. Andriy Shevchenko gagal menuntaskan tugasnya setelah bola mampu dihadang Jerzy Dudek. Liverpool keluar sebagai juara tanpa penendang kelima harus menjalankan tugasnya.
Momen comeback Liverpool ini kemudian dikenal sebagai Miracle of Istanbul, alias Keajaiban di Istanbul.
3. Deportivo La Coruna vs Milan
Comeback dramatis La Coruna terjadi pada leg kedua perempatfinal Liga Champions 2004. Sempat unggul 4-1 di leg pertama, Milan akhirnya tersisih setelah tunduk 4-0 di Stadion Riazor.
Gol-gol Super Depor dicetak oleh Walter Pandiani, Juan Valeron, Albert Luque, dan Fran Gonzales. Deportivo pun berhasil melaju ke semifinal dengan agregat 5-4.
4. Queen Park Ranger vs Manchester City
Pertemuan antara QPR dan The Citizens terjadi di laga terakhir Liga Primer Inggris 2011–12. Ketika itu City, yang unggul selisih gol tengah berebut gelar juara dengan Manchester United dengan poin yang sama 86.
Kemenang jadi salah satu hal mutlak yang di dapat anak asuh Roberto Mancini ketika itu. Gol dari Pablo Zabaleta sempat membuat mereka di atas angin.
Namun, di babak kedua QPR sempat berbalik unggul 2-1 lewat gol-gol Djibril Cisse dan Jamie Mackie sampai menit 89. Sedangkan di tempat lainnya MU menang 1-0 di kandang Sunderland.
Di masa waktu injury time, City berhasil membalikkan keadaan dengan mencetak dua gol lewat tandukan Edin Dzeko dan tendangan Sergio Aguero. Gol-gol itu pun membuat MU terdiam di markas Sunderland, mereka yang sebelumnya siap merayakan pesta juara harus menerima kenyataan cuma jadi nomor dua.
5. Tottenham Hotspur vs Manchester United
Pertemuan antara Tottenham Hotspur dan Manchester United terjadi di ajang Liga Primer Inggris 2001. Bermain di White Hart Lane, Spurs unggul 3-0 lebih dulu di babak pertama.
Dean Richards, Christian Ziege, dan Les Ferdinand jadi pencetak gol untuk tim asal London Utara tersebut. Keunggulan yang mencolok itu pun seolah akan membuat Spurs menutup laga dengan kemenangan.
Namun, di babak kedua ternyata United bangkit. Tim besutan Sir Alex Ferguson menceploskan lima gol ke gawang Spurs lewat Andy Cole, Laurent Blanc, Ruud van Nistelrooy, Sebastian Veron, dan David Beckham. Laga pun berakhir dengan 5-3 untuk kemenangan MU.
6. Barcelona vs PSG
Sampai menit 87, langkah Barca di Liga Champions tampak seperti akan terhenti di babak 16 besar. Keunggulan 3-1 lewat gol-gol Luis Suarez, bunuh diri Layvin Kurzawa, penalti Lionel Messi, dan satu gol dari PSG lewat Edinson Cavani, belum bisa bikin Barca melaju ke babak perempatfinal.
Barca masih butuh tiga gol lagi untuk memimpin agregat gol. Mereka berjuang dalam sisa waktu yang sempit: sisa dua menit waktu normal dan 5 menit waktu tambahan. Total hanya ada 7 menit untuk mencabik-cabik gawang PSG.
Tapi, mereka pada akhirnya bisa melakukan itu. Tiga gol digelontorkan lewat sepasang gol Neymar (88',90') dan Sergi Roberto (90+5'). Seisi stadion Camp Nou pun bersorak, merayakan comeback dramatis dan melaju ke prempatfinal dengan agregat 6-5.
Comeback-Comeback Dramatis Lain di Kompetisi Antarklub Eropa
Jakarta - Barcelona melakukan comeback dramatis untuk lolos ke perempatfinal Liga Champions. Ada beberapa comeback dramatis lain di kompetisi antarklub Eropa.
Blaugrana menang 6-1 ketika menjamu Paris Saint-Germain di partai leg kedua 16 besar, Kamis (9/3/2017) dinihari WIB, untuk memastikan tiket delapan besar dengan keunggulan agregat 6-5 -- setelah kalah 0-4 di leg pertama.
Barca mengukir sejarah baru sebagai tim pertama di ajang Piala/Liga Champions yang mampu membalikkan keadaan setelah pada leg pertama ketinggalan agregat dengan selisih empat gol.
Sebelumnya di ajang Piala/Liga Champions, comeback dramatis dilakukan oleh Deportivo La Coruna ketika menghadapi AC Milan pada 2004. Bedanya, Deportivo mengejar defisit agregat dengan selisih tiga gol.
Ketika itu Depor kalah 1-4 di leg pertama perempatfinal, lalu di leg kedua mencatatkan kemenangan 4-0 -- dengan gol terakhir dicetak saat laga tersisa 14 menit. Hasil itu membuat Depor melaju dengan keunggulan agregat 5-4.
Sementara di ajang-ajang antarklub Eropa lainnya comeback mengejar defisit empat gol pada leg pertama, seperti yang dilakukan Barca dinihari tadi, pernah dilakukan oleh tiga klub. Berikut seperti dirangkum BBC:
- Borussia Monchengladbach vs Real Madrid (Piala UEFA 1985-86)
Real Madrid kalah 1-5 di markas Gladbach pada leg pertama. Tapi Madrid kemudian menang 4-0 di Santiago Bernabeu untuk lolos ke delapan besar berkat keuntungan mencetak gol tandang dalam agregat 5-5.
- Leixoes vs La Chaux-de-Fonds (Piala Winners 1961-62)
Leixoes tunduk 2-6 dari La Chaux-de-Fonds pada leg pertama. Namun, di leg kedua Leixoes berhasil menang 5-0 dan melaju ke babak selanjutnya berkat keunggulan agregat 7-6.
- Partizan vs QPR (Piala UEFA 1984-85)
Partizan kalah 2-6 dari Queens Park Rangers pada leg pertama di London. Pada akhirnya Partizan berhasil melaju ke babak berikutnya setelah menang 4-0 di leg kedua -- Partizan punya keuntungan gol tandang dalam agregat 6-6.
0 komentar:
Post a Comment