Nenek 81 Tahun Berhasil Bikin Gim Digital untuk "Kejayaan" Manula
Masako Wakamiya (kanan), perempuan 81 tahun yang mendapat bantun dari Katsushiro Koizumi dalam membuat gim untuk ponsel pintar, yang memungkinkan warga usia lanjut berjaya atas anak-anak muda.
FUJISAWA - Seorang nenek berusia 81 tahun di Jepang, Masako Wakamiya, menghabiskan waktu enam bulan untuk mempelajari teknik pemrograman komputer.
Hal itu semata-mata dilakukan untuk mewujudkan mimpinya membuat permainan digital yang bisa dikuasai oleh manusia lanjut usia macam dia.
Selama enam bulan itu, Wakamiya merancang dan melengkapi "games" yang memungkinkan para manula berjaya atas orang-orang muda.
Seperti diberitakan laman Asahi, perempuan itu mengaku mendapatkan ide unik itu setelah mendengar komentar kawan seusianya.
“Kita tak akan pernah bisa menikmati perangkat digital, seperti kaum muda," ujar Wakamiya mengutip komentar kawannya.
Kini, karya Wakamiya berjudul Hinadan tersebut, sudah disebar melalui AppleStore dan dapat diunduh secara gratis, sejak akhir Februari lalu.
Dalam "games" ini para pengguna harus menempatkan satu set boneka “hina” yang terdiri dari 12 buah di posisi yang tepat.
Termasuk menempatkan boneka kaisar “dairi-bina” dan permaisuri, juga boneka lain yang merepresentasikan para perempuan di pengadilan, the “san-nin kanjo”.
Meskipun para pemain dalam gim smartphone biasa harus merespons dengan cepat, namun di permainan ini yang dibutuhkan adalah pengetahuan tentang boneka "hina".
Spirit itulah yang diusung gim ini. Para pemain harus mengenal betul tentang boneka tradisional itu, dan bukan semata-mata refleks.
Ide Wakamiya muncul setelah dia bertemu dengan Katsushiro Koizumi (44), seorang pengajar paruh waktu di Universitas Tohoku Bunka Gakuen.
Mereka bertemu dalam sebuah kelompok sukarelawan untuk mengajar para warga senior menggunakan beragam piranti digital.
Dalam sebuah kesempatan, Wakamiya meminta Koizumi untuk membuat sebuah gim digital bagi para manula.
Jawaban Koizumi saat itu adalah, "kenapa bukan kamu saja yang melakukan sendiri?"
Wakamiya mengaku, kalimat singkat Koizumi itu mengugahnya untuk menikmati segala hal.
Dia lalu mempelajari aspek teknis dari buku, dan berkonsultasi dengan Koizumi, yang tinggal di Shiogama, Prefektur Miyagi, melalui sambungan telepon internet.
Perlahan namun pasti, Wakamiya mulai bisa menyusun rangkaian gim-nya sedikit demi sedikit.
Koizumi menyebut, Wakamiya sangat paham apa yang diinginkan manula, dan menyusunnya dengan teliti sehingga mereka bisa memainkannya dengan mudah.
Sebuah gim pada telepon pintar biasanya mensyaratkan kecepatan jari penggunanya dalam memakai layar sentuh, baik untuk menggeser atau pun memindahkan ikon.
Para pemain "Hinadan" hanya perlu menyentuh ("tap") boneka untuk memindahkannya, dan menyentuh lagi untuk meletakkannya.
Alasan Wakamiya, para manula tidak memiliki keterampilan yang bagus untuk "dragging" dan "dropping" ikon menggunakan jari.
Kini, dia berharap permainannya ini akan dinikmati oleh banyak warga usia lanjut di berbagai tempat.
“Saya akan sangat bahagia jika warga manula dapat mengalahkan para pengasuh atau penajga mereka, dan merasakan nikmatnya superioritas," kata Wakamiya.
Masako Wakamiya (kanan), perempuan 81 tahun yang mendapat bantun dari Katsushiro Koizumi dalam membuat gim untuk ponsel pintar, yang memungkinkan warga usia lanjut berjaya atas anak-anak muda.
FUJISAWA - Seorang nenek berusia 81 tahun di Jepang, Masako Wakamiya, menghabiskan waktu enam bulan untuk mempelajari teknik pemrograman komputer.
Hal itu semata-mata dilakukan untuk mewujudkan mimpinya membuat permainan digital yang bisa dikuasai oleh manusia lanjut usia macam dia.
Selama enam bulan itu, Wakamiya merancang dan melengkapi "games" yang memungkinkan para manula berjaya atas orang-orang muda.
Seperti diberitakan laman Asahi, perempuan itu mengaku mendapatkan ide unik itu setelah mendengar komentar kawan seusianya.
“Kita tak akan pernah bisa menikmati perangkat digital, seperti kaum muda," ujar Wakamiya mengutip komentar kawannya.
Kini, karya Wakamiya berjudul Hinadan tersebut, sudah disebar melalui AppleStore dan dapat diunduh secara gratis, sejak akhir Februari lalu.
Dalam "games" ini para pengguna harus menempatkan satu set boneka “hina” yang terdiri dari 12 buah di posisi yang tepat.
Termasuk menempatkan boneka kaisar “dairi-bina” dan permaisuri, juga boneka lain yang merepresentasikan para perempuan di pengadilan, the “san-nin kanjo”.
Meskipun para pemain dalam gim smartphone biasa harus merespons dengan cepat, namun di permainan ini yang dibutuhkan adalah pengetahuan tentang boneka "hina".
Spirit itulah yang diusung gim ini. Para pemain harus mengenal betul tentang boneka tradisional itu, dan bukan semata-mata refleks.
Ide Wakamiya muncul setelah dia bertemu dengan Katsushiro Koizumi (44), seorang pengajar paruh waktu di Universitas Tohoku Bunka Gakuen.
Mereka bertemu dalam sebuah kelompok sukarelawan untuk mengajar para warga senior menggunakan beragam piranti digital.
Dalam sebuah kesempatan, Wakamiya meminta Koizumi untuk membuat sebuah gim digital bagi para manula.
Jawaban Koizumi saat itu adalah, "kenapa bukan kamu saja yang melakukan sendiri?"
Wakamiya mengaku, kalimat singkat Koizumi itu mengugahnya untuk menikmati segala hal.
Dia lalu mempelajari aspek teknis dari buku, dan berkonsultasi dengan Koizumi, yang tinggal di Shiogama, Prefektur Miyagi, melalui sambungan telepon internet.
Perlahan namun pasti, Wakamiya mulai bisa menyusun rangkaian gim-nya sedikit demi sedikit.
Koizumi menyebut, Wakamiya sangat paham apa yang diinginkan manula, dan menyusunnya dengan teliti sehingga mereka bisa memainkannya dengan mudah.
Sebuah gim pada telepon pintar biasanya mensyaratkan kecepatan jari penggunanya dalam memakai layar sentuh, baik untuk menggeser atau pun memindahkan ikon.
Para pemain "Hinadan" hanya perlu menyentuh ("tap") boneka untuk memindahkannya, dan menyentuh lagi untuk meletakkannya.
Alasan Wakamiya, para manula tidak memiliki keterampilan yang bagus untuk "dragging" dan "dropping" ikon menggunakan jari.
Kini, dia berharap permainannya ini akan dinikmati oleh banyak warga usia lanjut di berbagai tempat.
“Saya akan sangat bahagia jika warga manula dapat mengalahkan para pengasuh atau penajga mereka, dan merasakan nikmatnya superioritas," kata Wakamiya.
0 komentar:
Post a Comment