Jalan Tol 4G Resmi Dibuka, Internet Cepat Buat Apa?
Jakarta - Dengan tuntasnya proses refarming frekuensi dari 2G ke 4G di spektrum 1.800 MHz, internet lewat seluler diyakini bakal makin ngebut dan bisa membuka akses komunikasi data yang lebih lebar dengan kapasitas besar layaknya jalan tol. Memangnya, internet cepat buat apa?
Kala pertanyaan ini disampaikan kepada para operator seluler pemilik lisensi 4G, jawabannya beragam. Namun yang pasti, mereka semua menyambut baik karena ini merupakan era baru yang menjadi jawaban atas kebutuhan internet cepat bagi masyarakat Indonesia yang telah lama mendambakannya.
"4G itu membuka peluang. Tidak cuma bagi operator dan vendor jaringan, tapi juga konten lokal. Ini peluang emas yang seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para developer lokal," kata Dian Siswarini, President Director & CEO XL Axiata di Jakarta.
Lantas, aplikasi seperti apa yang bisa dihadirkan oleh para pengembang lokal di era 4G ini? "Aplikasi yang memerlukan respons secara cepat, langsung, dan interaktif," lanjut Dian.
Ia mencontohkan, developer bisa membuat aplikasi hiburan untuk online gaming. Kemudian, aplikasi kesehatan atau e-health untuk remote diagnostik. "Di Jerman, dokter di sana sudah bisa monitor emergency situation di ambulance dengan 4G, golden moment seperti ini tidak boleh ada yang namanya buffering," jelasnya.
Lalu, lanjut Dian, pengembang lokal juga bisa membuat aplikasi yang bisa memberikan kapasitas yang tinggi dan file transfer yang besar pada saat bersamaan. "Aplikasi semacam ini cocok untuk crowdsourcing. 4G ini cocok untuk solusi CRM, database besar."
"Aplikasi buatan developer lokal sudah bisa bekerjasama dengan operator untuk create apps yang cocok untuk network LTE. Ini kami sebut GTM initatives alias go to market. Jadi nggak sekadar membuat aplikasi, tapi kami bantu bagaimana cara memasarkannya," papar Dian lebih lanjut.
Sementara Muhammad Danny Buldansyah, Wakil Direktur Utama Hutchison 3 Indonesia, mengibaratkan pembukaan jaringan akses 4G di 1.800 MHz ini seperti membuka lahan untuk jalan tol. Jalan tol akses telekomunikasi pita lebar inilah yang bisa dimanfaatkan untuk menyalurkan komunikasi data dengan kapasitas besar.
"Tol Simatupang dulu juga awalnya sepi, tapi sekarang sudah penuh. Sama halnya dengan 4G ini, begitu jalurnya dibuka pasti nggak lama akan langsung penuh karena 3G ke 4G akan jauh lebih cepat adopsinya. Apalagi, ketersediaan handset 4G sudah cukup banyak," kata Danny.
Sementara, Smartfren Telecom -- meskipun bukan bagian dari ekosistem 4G di 1.800 MHz -- tetap ikut menyambut gembira genderang pesta kehadiran 4G tahap kedua ini. Smartfren sendiri mengoperasikan 4G di 2,3 GHz dan nantinya juga di 850 MHz.
"4G kami sudah available sejak Agustus kemarin. Infrastruktur segera semakin sempurna. Dengan difasilitasi Kementerian Kominfo, telko bisa jadi enabler. Fungsi enabler ini penting. Tapi setelah bisa dinikmati, 4G ini dipakai untuk apa sih?" kata Merza Fachys, Presiden Direktur Smartfren Telecom.
"Kalau jawabannya cuma, 'oh, asyik nih, dengan 4G bisa Facebookan lebih cepat, Twitter lebih lancar, browsing dan streaming nggak pakai putus. Kok saya dengarnya miris ya. Seharusnya, ini enabler untuk pemain kreatif".
"Harus ada permainan cantik. Industri ini harus diramaikan banyak pihak, dan telko jadi enabler-nya. 4G ini create new life. IoT atau internet of things, semakin personal. Internet sekarang ada di kacamata, ada di jam, ada di baju. Semua memungkinkan dengan 4G, tanpa batas," papar Merza panjang lebar.
Ia pun mengingatkan, momentum 4G ini seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin dari sisi untuk menunjang kreativitas. Ia berharap, Indonesia tak cuma sekadar jadi konsumen, tapi juga jadi pemain di industri ini. Atau setidaknya, memanfaatkannya untuk tak sekadar jadi pasar platform teknologis asing saja.
"4G mempermudah kehidupan kita. Lebih cepat waktu, lebih efisien. Yang tadinya harusnya urusan 30 menit bisa jadi cuma 3 menit. Bisa untuk kontrol rumah lewat internet. Di mobil ada internet, di jalan-jalan. Kemudian internet di industri, M2M (machine to machine). Ini kreativitas yang harus kita challenge," pungkas Merza yang juga menjabat Sekjen Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI).
Jakarta - Dengan tuntasnya proses refarming frekuensi dari 2G ke 4G di spektrum 1.800 MHz, internet lewat seluler diyakini bakal makin ngebut dan bisa membuka akses komunikasi data yang lebih lebar dengan kapasitas besar layaknya jalan tol. Memangnya, internet cepat buat apa?
Kala pertanyaan ini disampaikan kepada para operator seluler pemilik lisensi 4G, jawabannya beragam. Namun yang pasti, mereka semua menyambut baik karena ini merupakan era baru yang menjadi jawaban atas kebutuhan internet cepat bagi masyarakat Indonesia yang telah lama mendambakannya.
"4G itu membuka peluang. Tidak cuma bagi operator dan vendor jaringan, tapi juga konten lokal. Ini peluang emas yang seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para developer lokal," kata Dian Siswarini, President Director & CEO XL Axiata di Jakarta.
Lantas, aplikasi seperti apa yang bisa dihadirkan oleh para pengembang lokal di era 4G ini? "Aplikasi yang memerlukan respons secara cepat, langsung, dan interaktif," lanjut Dian.
Ia mencontohkan, developer bisa membuat aplikasi hiburan untuk online gaming. Kemudian, aplikasi kesehatan atau e-health untuk remote diagnostik. "Di Jerman, dokter di sana sudah bisa monitor emergency situation di ambulance dengan 4G, golden moment seperti ini tidak boleh ada yang namanya buffering," jelasnya.
Lalu, lanjut Dian, pengembang lokal juga bisa membuat aplikasi yang bisa memberikan kapasitas yang tinggi dan file transfer yang besar pada saat bersamaan. "Aplikasi semacam ini cocok untuk crowdsourcing. 4G ini cocok untuk solusi CRM, database besar."
"Aplikasi buatan developer lokal sudah bisa bekerjasama dengan operator untuk create apps yang cocok untuk network LTE. Ini kami sebut GTM initatives alias go to market. Jadi nggak sekadar membuat aplikasi, tapi kami bantu bagaimana cara memasarkannya," papar Dian lebih lanjut.
Sementara Muhammad Danny Buldansyah, Wakil Direktur Utama Hutchison 3 Indonesia, mengibaratkan pembukaan jaringan akses 4G di 1.800 MHz ini seperti membuka lahan untuk jalan tol. Jalan tol akses telekomunikasi pita lebar inilah yang bisa dimanfaatkan untuk menyalurkan komunikasi data dengan kapasitas besar.
"Tol Simatupang dulu juga awalnya sepi, tapi sekarang sudah penuh. Sama halnya dengan 4G ini, begitu jalurnya dibuka pasti nggak lama akan langsung penuh karena 3G ke 4G akan jauh lebih cepat adopsinya. Apalagi, ketersediaan handset 4G sudah cukup banyak," kata Danny.
Sementara, Smartfren Telecom -- meskipun bukan bagian dari ekosistem 4G di 1.800 MHz -- tetap ikut menyambut gembira genderang pesta kehadiran 4G tahap kedua ini. Smartfren sendiri mengoperasikan 4G di 2,3 GHz dan nantinya juga di 850 MHz.
"4G kami sudah available sejak Agustus kemarin. Infrastruktur segera semakin sempurna. Dengan difasilitasi Kementerian Kominfo, telko bisa jadi enabler. Fungsi enabler ini penting. Tapi setelah bisa dinikmati, 4G ini dipakai untuk apa sih?" kata Merza Fachys, Presiden Direktur Smartfren Telecom.
"Kalau jawabannya cuma, 'oh, asyik nih, dengan 4G bisa Facebookan lebih cepat, Twitter lebih lancar, browsing dan streaming nggak pakai putus. Kok saya dengarnya miris ya. Seharusnya, ini enabler untuk pemain kreatif".
"Harus ada permainan cantik. Industri ini harus diramaikan banyak pihak, dan telko jadi enabler-nya. 4G ini create new life. IoT atau internet of things, semakin personal. Internet sekarang ada di kacamata, ada di jam, ada di baju. Semua memungkinkan dengan 4G, tanpa batas," papar Merza panjang lebar.
Ia pun mengingatkan, momentum 4G ini seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin dari sisi untuk menunjang kreativitas. Ia berharap, Indonesia tak cuma sekadar jadi konsumen, tapi juga jadi pemain di industri ini. Atau setidaknya, memanfaatkannya untuk tak sekadar jadi pasar platform teknologis asing saja.
"4G mempermudah kehidupan kita. Lebih cepat waktu, lebih efisien. Yang tadinya harusnya urusan 30 menit bisa jadi cuma 3 menit. Bisa untuk kontrol rumah lewat internet. Di mobil ada internet, di jalan-jalan. Kemudian internet di industri, M2M (machine to machine). Ini kreativitas yang harus kita challenge," pungkas Merza yang juga menjabat Sekjen Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI).
Posts
0 komentar:
Post a Comment