728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Desa Kristen di Tengah Isis

    Kisah "Desa Kristen" Bersama Muslim Melawan ISIS

    Sekelompok orang-orang Kristen di Irak membentuk kelompok milisi melawan ISIS. Mereka menamakan diri kelompok Brigade Babylon.  

    BAGHDAD - Ada sebuah foto yang mencolok di dinding. Foto itu menunjukkan jalanan yang tidak diaspal, terbakar oleh sinar matahari.

    Jalanan tersebut mengarah ke sebuah desa kecil dengan sebuah pegunungan berada di baliknya. Di sepanjang sisi jalan terpancang salib-salib dengan tinggi 100 meter bahkan lebih tinggi dari tiang-tiang lampu.

    "Desa orang-orang Kristen," gumam seorang penjaga bergumam. "Dekat Mosul."

    Kami berada di markas kelompok milisi Kristen Irak di Baghdad. Ibu kota Irak. Para anggotanya menamai kelompok tersebut Brigade Babylon.

    Mereka adalah sebuah kelompok milisi, meskipun mereka lebih memilih untuk menyebutnya unit mobilisasi rakyat.

    Apapun sebutannya, sekitar 30 kelompok bermunculan dalam beberapa tahun terakhir dan di antara mereka memiliki 100.000 relawan bersenjata.

    Mereka dibentuk untuk menghadang kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) ketika kelompok itu menyapu wilayah utara dan barat Irak pada tahun 2014, dan bahkan mengancam Baghdad.

    Saat kekuatan tentara nasional Irak runtuh, kelompok milisi ini berdiri kokoh.

    Lintas agama

    Para pengikut Brigade Babylon berasal dari berbagai kalangan. Ada Syiah, Sunni, dan Kristen.

    Saat saya sedang berada di markas kelompok milisi tersebut, saya melihat foto-foto lainnya yang tergantung di dinding. Semuanya menggambarkan sosok pemimpin Brigade Babylon dan orang yang saya temui yaitu, Rayan Al-Kaldani.

    Ada Kildani dengan seragam militer, Kildani dengan bayangannya, Kildani yang tengah mengadakan pertemuan beberapa orang penting, Kildani terlihat merenung, dan Kildani terlihat tekun.

    Lalu pria yang dalam foto-foto itu datang dengan rombongan kecil, sebagian besar dari mereka tampil dengan setelan seragam. Ada pula seorang pemuda berjenggot tipis dan berpakaian militer.

    Saya belum yakin seserius apa menghadapi Kildani. Kelompok milisi ini membujuk pemerintah pusat untuk menanggung seluruh biaya mereka dan akhirnya kelompok ini menerima biaya sekitar 1,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp 18,2 triliun dalam setahun (kurs Rp 13.000).

    Untuk seorang pemimpin milisi seperti Kildani, dia harus menggaji satu anggota milisi sebesar 600 dolar per bulan. Gaji yang besar. Ada banyak cerita tentang orang-orang yang menyewa sebuah rumah di Baghdad, mengumpulkan beberapa orang, mengumumkan mereka telah membentuk milisi dan mengajukan dana kepada pemerintah.

    "Berapa banyak pria yang harus Anda rekrut?" tanya saya.

    “Itu rahasia militer,” katanya.

    Benarkah? Saya melihat pria lain dalam kelompok milisi tersebut pada hari sebelumnya dan dia cukup terbuka soal jumlah anggota yang ada di kelompok itu.

    Saya sedikit terkejut ketika salah seorang anggota milisi meminta maaf karena bahasa Inggris-nya seharusnya lebih baik, mengingat dirinya berasal dari Wembley di London Utara.

    " Wembley, sungguh? Lapangan bola itu?" kata saya.

    "Ya, istri dan anak-anak saya masih berada di sana."

    Dia tampak senang saat berbicara tentang jumlah anggota kelompok. Jadi saya kembali menekan Kildani untuk memberitahu jumlah anggota yang direkrut.

    "Ratusan orang atau ribuan?"

    “Banyak.”

    “Persenjataan?”

    "Roket-roket," katanya. "Ukuran sedang. Ini dipakai untuk berperang. Anda tidak dapat berperang hanya dengan senapan."

    "Jadi, ini sebuah kelompok milisi Kristen," komentar saya.

    "Apa yang kelompok ISIS lakukan terhadap orang-orang Kristen itu mengerikan," katanya. "Mereka adalah setan."

    "Apakah milisi yang Anda pimpin sudah bertempur?"

    Kristen dan Muslim bersatu

    "Kami berjuang berdampingan dengan milisi-milisi muslim," katanya. Dia pun mengaku, "Kami adalah kekuatan Kristen pertama dalam sejarah Irak"

    Lalu dia berujar, "Saya tahu Alkitab mengatakan bahwa jika pipi Anda ditampar sebelah kiri, maka berikan pipi kanan Anda. Tetapi sekarang kami mempunyai kekuatan pertahanan yang benar-benar baik.

    Tak ada seorang pun yang bisa melakukan sesuatu yang buruk kepada orang-orang Kristen. Beberapa rumah milik orang Kristen diambil alih. Secara pribadi, saya berkunjung ke rumah-rumah mereka untuk mengatakan kepada orang-orang baru yang tinggal di sana untuk keluar. Penderitaan orang-orang telah berakhir. "

    Salah satu dari empat ponselnya berdering. Dia melirik nomor yang masuk, dia bersungut-sungut dan memberikan ponsel itu kepada seseorang untuk menjawabnya.

    "Bagaimana dengan perintah: Jangan membunuh?" tanya saya.

    "Anda seorang Kristen?" tanya Kildani terlihat ragu-ragu.

    "Gereja Inggris," kata saya.

    Kildani mengangguk seolah-olah paham dengan penjelasan itu.

    "Dia seorang Protestan," kata seseorang dengan nada ketidaksetujuan. "Sektarianisme sudah berjalan jauh di Irak," saya rasa. Tapi tentu saja saya tidak mengatakannya.

    Kildani berbalik lagi ke saya, "Kami harus berjuang. Kita harus mempertahankan diri."

    Dan kemudian, saya terkejut, saat dia menambahkan, "Yesus sendiri mengatakan kepada kita bahwa jika Anda tidak memiliki pedang, Anda harus pergi keluar dan membelinya."

    Saya mengingat kembali hari-hari ketika mempelajari Alkitab di sekolah, tapi saya tidak ingat apakah Yesus memerintahkan orang-orang untuk mempersenjatai diri.

    “Apakah Yesus benar-benar mengatakan hal itu?”

    "Ada dalam Alkitab," Kildani kembali menegaskan.

    "Injil Matius," kata seorang pria. "Injil Lukas," kata yang lain. "Matius dan Lukas," kata mereka. Saya memandang ragu.

    Kildani melirik ke salah satu asistennya yang tengah bermain game di telepon genggamnya.

    "Temukan!" perintahnya.

    Seorang pria muda berjalan ke arah saya dengan telepon genggamnya. Dia lalu menunjukkan ayat dalam tulisan Arab yang muncul di layar telepon genggam.

    Ini adalah Injil Lukas, Pasal 22, ayat 36.  Kata-Nya kepada mereka, "Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang."

    Para ahli teologi telah memperdebatkan ayat itu selama- berabad-abad. Apakah Yesus benar-benar menyuruh umatnya membeli sebilah pedang? Atau itu hanya kiasan?

    Kildani tidak meragukannya lagi. Dia mengatakan dirinya dan anak buahnya tengah keluar untuk berpatroli, dan mereka bersenjata.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Desa Kristen di Tengah Isis Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top