728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Mencari Kedamaian Di Tengah Kutukan

    Mengintip Pulau Ukerewe, Suaka Warga Albino di Tanzania

    Seorang pria albino penghuni Pulau Ukerewe, Tanzania tengah bernyanyi sambil bermain gitar. Pulau ini sudah sejak lama menjadi tempat berlindung warga albino Tanzania dari ancaman pembunuhan dan diskriminasi.

    DAR ES SALAAM - Fajar baru saja merekah dan sinar merah matahari menyiram Pulau Ukerewe di Danau Victoria, Tanzania.

    Di tempat itu Alphonce Yakobo (57), sudah terjaga di kediamannya ketika kulit putihnya memerah kala sinar matahari jatuh ke tubuhnya.

    "Ini adalah saat terbaik setiap hari. Hari baru sudah dimulai tetapi matahari belum tinggi," ujar Yakobo.

    Dalam beberapa saat, pra ini Yakobo akan mengenakan topi, kaca mata hitam dan mengoleskan pelindung sinar matahari ke kulitnya yang sensitif.

    Yakobo, akibat kelainan genetik mengalami kondisi yang disebut albino. Artinya, tubuh Yakobo tidak memproduksi melanin yang mengakibatkan tak ada pigmen di kulit, rambut dan matanya.

    Alhasil, tak seperti warga Afrika lainnya yang sebagian besar berkulit gelap, Yakobo justru berkulit putih. Selain itu, kondisi ini membuat kulitnya tak tahan sengatan sinar matahari.

    Seperti halnya para albino lainnya, penglihatan Yakobo juga sangat buruk dan sangat rentan terhadap kanker kulit.

    Namun, sengatan sinar matahari dan kanker kulit bukan satu-satunya ancaman bagi hidup warga albino di Tanzania dan beberapa negara Afrika lainnya.

    Di negeri Afrika Timur itu, seperti juga di Malawi dan beberapa negara sub-Sahara Afrika, banyak orang masih yakin bahwa bagian tubuh orang albino berkhasiat sebagai jimat untuk membawa keberuntungan dan kekayaan.

    Anggapan itu berujung maraknya pembunuhan orang albino di beberapa negara Afrika. Mereka tak sekadar dibunuh, tetapi juga dimutilasi dan bagian tubuh mereka dijual di pasar gelap.

    Organisasi amal Kanada, Under The Same Sun (UTSS) mencatat sebanyak 161 serangan terhadap orang albino di Tanzania dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di dalam 76 pembunuhan.

    Namun, kondisi di Pulau Ukerewe sangat berbeda dan relatif tak tersentuh dengan fenomena mengerikan itu.

    "Ada masa di mana saya sangat khawatir dengan masa lalu. Namun, sekarang, terima kasih Tuhan, saya bisa tidur tanpa harus membawa senjata," ujar Yakobo yang bekerja menjual ikan di pasar Ukurewe.

    "Di sini kami merasa aman, kami dikelilingi air, tak ada orang yang melakukan kejahatan bisa lari dengan gampang," tambah Yakobo yang beristri tiga dan memiliki 11 anak yang tak satupun menderita albino.

    Selama beberapa tahun, Pulau Ukerewe menjadi "surga" bagi warga Tanzania yang mengidap albino. Sejak kapan pulau itu menjadi suaka bagi warga albino? Tak ada yang tahu persis.

    Beberapa orang mengatakan, sudah sejak lama pulau itu digunakan warga menyembunyikan keluarga mereka yang albino.

    Dulu, warga Tanzania menganggap, penampilan orang albino yang berbeda merupakan pertanda kutukan bagi keluarganya.

    Akhirnya, pulau itu menjadi tujuan bagi warga albino yang menginginkan kedamaian dan keselamatan dalam hidup mereka.

    "Dalam banyak hal, Ukurewe adalah tempat warga albino bisa berintegrasi dalam masyarakat. Dan saya pikir, kondisinya sebagai sebuah pulau memainkan peran dalam pola pikir warga di sana," kata Harry Freeland, pendiri organisasi nonpemerintah Standing Voice dan pembuat dokumenter tentang pulau Ukerewe.

    Menurut catatan Komunitas Albino Ukerewe (UAS), di pulau itu terdapat 75 orang albino hidup bersama 200.000 peduduk pulau tersebut.

    Namun, pulau itu bukan sama sekali aman dari para pemburu albino. Mereka datang dan menggali kuburan warga albino dan pada 2007 seorang albino diserang lalu rambunya dipotong untuk keperluan ilmu hitam.

    "Namun kami belum pernah menerima kabar soal pembunuhan albino di pulau ini," kata Ramadhan Khalifa, presiden komunitas albino Ukerewe (UAS).

    Harry Freeland menganggap Ukerewe adalah tempat yang unik. Sebab di pulau itulah pertama kali sensus orang albino Tanzania digelar pada 2006.

    "Saya tak takut diserang," kata Kajanja Neema (36), sambil membersihkan ikan yang akan dimasak untuk makan malam.

    Saudara laki-laki Neema, Zacharia menemaninya membersihkan ikan sambil bernyanyi dengan iringan petikan gitar.

    "Ya, Ukurewe memang lebih aman dibanding daratan utama. Terkadang, orang memang mengatakan akan membunuh kami, tapi kami tak tahu apakah mereka sungguh-sungguh atau tidak," ujar Zacharia.

    Meski kekerasan fisik terhadap warga albino di Ukurewe nyaris tidak ada tetapi diskriminasi belum sepenuhnya hilang.

    Hadija Namtondo (30), adalah seorang perempuan berkulit hitam yang memiliki anak laki-laki berkulit albino bernama Riziki.

    "Saat ayahnya melihat kulit anak ini, dia sangat tidak senang dan dia meninggalkan kami begitu saja," kenang Hadija.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Mencari Kedamaian Di Tengah Kutukan Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top