728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Menjaga Memori Agar Tetap Hidup

    Kisah Bocah 3 Tahun yang Tewas Sesaat Setelah Mengeluh Sakit Perut...

     Vicky, Tilly dan Mark Walter

    Suatu hari di bulan Februari lalu, bocah berusia tiga tahun, bernama Henry Walter, yang dideskripsikan sang ayah, Mark Walter, sebagai anak kecil yang lucu dan penuh kasih, meninggal dunia.

    Henry menghembuskan nafas terakhirnya hanya berselang beberapa jam setelah dia mengeluh sakit di perutnya. Ya, Henry meninggal tiba-tiba.

    Balita yang suka bermain LEGO, Playdoh dan menyukai segala karakter dinosaurus ini baru kembali dari kelas pra-sekolah, dan menghabiskan sore seperti hari-hari sebelumnya.

    Kala itu, Henry menghabiskan sorenya bersama sang ibu, Vicky Walter, dan kakak perempuannya Tilly Walter.

    Kurang dari 24 jam kemudian, Mark, Vicky, dan Tilly harus melepas kepergian Henry untuk selama-lamanya di RS Leeds General Infirmary.

    Henry dinyatakan meninggal dunia setelah dokter mencabut alat bantu hidup yang sebelumnya dipasang ke tubuh bocah itu.

    Tim dokter menduga, balita ini terserang "bug" langka yang menggiringnya kepada penyakit meningitis.

    Sebelumnya, tak lama setelah Henry dibaringkan di tempat tidur, pada malam sebelumnya, bocah itu sempat terbangun dan mengeluh sakit di perut.

    Vicky lantas memberikan "calpol", namun kondisi kesehatan Henry kian memburuk.

    Pukul 5 pagi, Mark pun terpaksa menelepon ambulan dan melarikan Henry ke RS.

    “Berselang 20 menit dari kedatangan kami di RS, para dokter mengatakan mereka tak mampu lagi menyelamatkan Henry," ujar Mark.

    “Kejadiannya sangat-sangat cepat," kata dia lagi.

    "Hal utama yang harus anda perhatikan adalah, anda harus selalu waspada terhadap gejalan sekecil apa pun terhadap anak anda. Jangan tunggu sampai keadaan menjadi darurat," ungkap dia lagi.

    Henry disebut terinfeksi bakteri yang teramat langka, dengan sebutan Haemophilus Influenzae Type F, yang menggiring kepada meningitis.

    Bakteri ini tak pernah membuat ruam. Namun vaksinasi MenB atau pun the Hib jab (vaksi meningitis C, tak mampu menghalau serangan bakteri ini.

    “Hanya karena anak anda telah dilindungi dengan vaksinasi, bukan berarti dia tak akan bisa diserang virus lain. Dulu kami berpikir, --seperti juga yang mungkin dipikirkan orang lain, kejadian semacam ini tak mungkin terjadi kepada kami. Tapi nyatanya?" kata Mark.

    Haruskan anak diberi vaksin meningitis B?

    Sebagai kenang-kenangan atas kejadian yang dialami Henry, setelah hampir tiga bulan berlalu, keluarga Mark pun berencana melakukan penggalangan dana.

    Seperti diberitakan laman Telegraph, penggalangan dana itu untuk menggelar acara amal bertajuk "Meningitis Now".

    Mark mengaku telah mendapatkan sedikit donasi dari sejumlah teman dekatnya.

    "Banyak dari mereka yang bilang, sorry kami hanya bisa kasih segini, belum bisa lebih," kata Mark.

    “Padahal ini sama sekali bukan soala besarnya uang, ini soal menjaga memori itu agar tetap hidup. Memori itu menghendaki sesuatu yang positif keluar dari sebuah kondisi yang terlihat tak positif," sambung Mark.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Menjaga Memori Agar Tetap Hidup Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top