STRUGGLE for SURVIVAL in a HOSTILE ENVIRONMENT
BEKAL AWAL.
Judul paper ini terlihat sangat bombastis, tetapi saya hanya ingin sharing pengalaman dalam my struggle sebagai karyawan Angkasa Pura dalam kondisi yang kental dengan diskriminasi, intrik, intimidation dan mental pressures.
Semoga pengalaman saya dapat menjadi pelajaran bagi generasi muda Gaokers, karena kondisi yang unfriendly akan dijumpai oleh masyarakat Keturunan yang tinggal di Indonesia, dalam bentuk dan intensitas yang berbeda.
Bagi Keturunan yang menjadi Pegawai Negeri Sipil atau pegawai Badan Usaha Milik Negara khususnya, harus siap mental dalam menghadapi tantangan2 yang dihadapi, dan ingin saya sampaikan beberapa pedoman dari pengalaman saya, to deal with the hostilities in order to survive and come out as the winner, at least not as a looser.
Sepanjang pengalaman saya, beberapa pedoman yang harus dimiliki, adalah :
1. TEKAD YANG BULAT.
Kita benar2 harus mempunyai tekad yang bulat once we make the decision to become a PNS atau pegawai BUMN ( selanjutnya saya sebut saja PNS ) dengan segala konsekwensinya.
Ingat slogan di Jaman Revolusi “Merdeka ataoe Mati”.
2. DEDICATION and IDEALISM.
Menjadi PNS adalah mengabdikan diri untuk kepentingan bangsa dan Negara, bukan untuk memperkaya diri seandainya sudah menduduki suatu jabatan empuk.
PNS adalah “abdi negara, abdi masyarakat” seperti kata Sultan Hamengku Buwono IX dalam bukunya bejudul “Tachta Untuk Rakyat”.
3. CREDIBILITY.
Kejujuran adalah factor terpenting yang harus kita miliki. Reputasi / nama baik adalah modal utama dalam kehidupan kita, terutama dalam dunia bisnis.
Sekali nama kita rusak, akan susah sekali untuk memperbaikinya. Dan ini akan terbawa sepanjang hidup kita.
Termasuk dalam pengertian credibility adalah bonafiditas, dapat dipercaya omongannya, pribadi dan moral yang baik, mempunyai prinsip yang sound.
4. CAPABILITY.
Sewaktu saya diterima sebagai pegawai Angkasa Pura, Bapak saya alm. memberikan gambaran tentang tidak adanya obyektivitas dalam pemberian promosi seseorang kalau timbul lowongan suatu jabatan.
Di jaman ‘normal’ sebelum merdeka, bila ada lowongan jabatan akan diisi oleh pegawai di bawahnya. Penilaian awal bersifat obyektif dan bawahan yang mempunyai kemampuan di atas lainnya, secara otomatis akan dipromosikan untuk jabatan tersebut. Bila ada lebih dari satu pegawai yang mempunyai kemampuan yang sama, akan dipertimbangkan berdasarkan ranking social sebagai berikut :
• Belanda Totok menduduki ranking teratas,
• Belanda Indo, blasteran
• Gelijkgestelden, yang disamakan statusnya seperti Belanda Totok
• Vreemde Oosterlingen dan Inlanders
Di jaman Republik tidak ada objektivitas, tetapi pengangkatan berdasarkan suku, partai politik, sistim konco / kerabat dan KKN.
Oleh karena kita termasuk warga Negara ‘kelas kambing’, advice yang diberikan Bapak saya adalah agar kita menonjol dan menang posisi terhadap rekan2 sekantor :
“You must know much much more than your colleagues. Just knowing more is not enough !”.
Walaupun ini bukan jaminan, tetapi kita harus berusaha sekuat tenaga agar dapat menempati ‘ the inner track’ dalam perlombaan / kompetisi untuk promosi, atau ‘pole position ‘ dalam balap mobil.
5. CONNECTIONS.
Jalinlah hubungan baik dengan sesama, make as many friends as possible, regardless their wealth, rank or social status, and don’t make enemies. Tidak berarti kita harus selalu mengalah, tetapi harus diusahakan penyelesaiannya secara diplomatis.
Falsafah Jawa mengajarkan :
• Sugih tanpo bondo
• Nglurug tanpo bolo
• Digdoyo tanpo aji
• Menang tanpo ngasorake
Confucius mengajarkan :
• Seribu teman itu sedikit, tetapi satu musuh itu kebanyakan.
Who knows, an ordinary employee can someday become a big shot and you may have troubles facing him if you had antagonized him in the past.
Extensive good connections, or excellent networking, is no doubt a valuable asset, whether you are a PNS or businessman.
6. RECIPE FOR SUCCESS : RUMUS 4 C’s.
Resep untuk sukses yang saya rumuskan adalah : 4 C termasuk butir2 3, 4, dan 5 diatas sebagai berikut :
• Credibility
• Capability
• Connections
• Capital atau modal.
Ketiga C pertama adalah essensial, dan C keempat yaitu Capital tidaklah mutlak, tetapi akan sangat mempermudah bila kita berbisnis. Tanpa modal kita terpaksa harus berkongsi dengan pemilik modal, dan kita akan berada dalam posisi yang lemah dan kurang menguntungkan.
BEKAL AWAL.
Judul paper ini terlihat sangat bombastis, tetapi saya hanya ingin sharing pengalaman dalam my struggle sebagai karyawan Angkasa Pura dalam kondisi yang kental dengan diskriminasi, intrik, intimidation dan mental pressures.
Semoga pengalaman saya dapat menjadi pelajaran bagi generasi muda Gaokers, karena kondisi yang unfriendly akan dijumpai oleh masyarakat Keturunan yang tinggal di Indonesia, dalam bentuk dan intensitas yang berbeda.
Bagi Keturunan yang menjadi Pegawai Negeri Sipil atau pegawai Badan Usaha Milik Negara khususnya, harus siap mental dalam menghadapi tantangan2 yang dihadapi, dan ingin saya sampaikan beberapa pedoman dari pengalaman saya, to deal with the hostilities in order to survive and come out as the winner, at least not as a looser.
Sepanjang pengalaman saya, beberapa pedoman yang harus dimiliki, adalah :
1. TEKAD YANG BULAT.
Kita benar2 harus mempunyai tekad yang bulat once we make the decision to become a PNS atau pegawai BUMN ( selanjutnya saya sebut saja PNS ) dengan segala konsekwensinya.
Ingat slogan di Jaman Revolusi “Merdeka ataoe Mati”.
2. DEDICATION and IDEALISM.
Menjadi PNS adalah mengabdikan diri untuk kepentingan bangsa dan Negara, bukan untuk memperkaya diri seandainya sudah menduduki suatu jabatan empuk.
PNS adalah “abdi negara, abdi masyarakat” seperti kata Sultan Hamengku Buwono IX dalam bukunya bejudul “Tachta Untuk Rakyat”.
3. CREDIBILITY.
Kejujuran adalah factor terpenting yang harus kita miliki. Reputasi / nama baik adalah modal utama dalam kehidupan kita, terutama dalam dunia bisnis.
Sekali nama kita rusak, akan susah sekali untuk memperbaikinya. Dan ini akan terbawa sepanjang hidup kita.
Termasuk dalam pengertian credibility adalah bonafiditas, dapat dipercaya omongannya, pribadi dan moral yang baik, mempunyai prinsip yang sound.
4. CAPABILITY.
Sewaktu saya diterima sebagai pegawai Angkasa Pura, Bapak saya alm. memberikan gambaran tentang tidak adanya obyektivitas dalam pemberian promosi seseorang kalau timbul lowongan suatu jabatan.
Di jaman ‘normal’ sebelum merdeka, bila ada lowongan jabatan akan diisi oleh pegawai di bawahnya. Penilaian awal bersifat obyektif dan bawahan yang mempunyai kemampuan di atas lainnya, secara otomatis akan dipromosikan untuk jabatan tersebut. Bila ada lebih dari satu pegawai yang mempunyai kemampuan yang sama, akan dipertimbangkan berdasarkan ranking social sebagai berikut :
• Belanda Totok menduduki ranking teratas,
• Belanda Indo, blasteran
• Gelijkgestelden, yang disamakan statusnya seperti Belanda Totok
• Vreemde Oosterlingen dan Inlanders
Di jaman Republik tidak ada objektivitas, tetapi pengangkatan berdasarkan suku, partai politik, sistim konco / kerabat dan KKN.
Oleh karena kita termasuk warga Negara ‘kelas kambing’, advice yang diberikan Bapak saya adalah agar kita menonjol dan menang posisi terhadap rekan2 sekantor :
“You must know much much more than your colleagues. Just knowing more is not enough !”.
Walaupun ini bukan jaminan, tetapi kita harus berusaha sekuat tenaga agar dapat menempati ‘ the inner track’ dalam perlombaan / kompetisi untuk promosi, atau ‘pole position ‘ dalam balap mobil.
5. CONNECTIONS.
Jalinlah hubungan baik dengan sesama, make as many friends as possible, regardless their wealth, rank or social status, and don’t make enemies. Tidak berarti kita harus selalu mengalah, tetapi harus diusahakan penyelesaiannya secara diplomatis.
Falsafah Jawa mengajarkan :
• Sugih tanpo bondo
• Nglurug tanpo bolo
• Digdoyo tanpo aji
• Menang tanpo ngasorake
Confucius mengajarkan :
• Seribu teman itu sedikit, tetapi satu musuh itu kebanyakan.
Who knows, an ordinary employee can someday become a big shot and you may have troubles facing him if you had antagonized him in the past.
Extensive good connections, or excellent networking, is no doubt a valuable asset, whether you are a PNS or businessman.
6. RECIPE FOR SUCCESS : RUMUS 4 C’s.
Resep untuk sukses yang saya rumuskan adalah : 4 C termasuk butir2 3, 4, dan 5 diatas sebagai berikut :
• Credibility
• Capability
• Connections
• Capital atau modal.
Ketiga C pertama adalah essensial, dan C keempat yaitu Capital tidaklah mutlak, tetapi akan sangat mempermudah bila kita berbisnis. Tanpa modal kita terpaksa harus berkongsi dengan pemilik modal, dan kita akan berada dalam posisi yang lemah dan kurang menguntungkan.
0 komentar:
Post a Comment