Pemuda China Rawat Ayah yang Lumpuh di Asrama Kampus
BEIJING — Apa yang dilakukan Guo Shijun, pemuda asal provinsi Anhui, China, ini adalah sebuah bukti kasih sayang seorang anak kepada orangtuanya sekaligus contoh seseorang yang tak menyerah mengejar cita-cita.
Guo Shijun bersikukuh hendak merawat ayahnya yang lumpuh dan ibunya yang sakit. Namun, dia juga tak ingin melepaskan kesempatan belajar di salah satu universitas ternama di China.
Kakek dan nenek Shijun bersedia merawat sang ibu. Namun, mereka tidak mampu jika harus merawat sang ayah. Untuk menyelesaikan masalah ini, Shijun menghadap manajemen universitas meminta izin agar ayahnya bisa tinggal di asrama bersama dirinya.
Melihat keteguhan Shijun yang masih mampu lolos seleksi perguruan tinggi meski menghadapi banyak masalah, pihak universitas mengabulkan permintaan pemuda berusia 20 tahun itu.
Shijun memang berasal dari keluarga miskin dan sejak kecil menjalani kehidupan yang keras. Ibunya menderita penyakit mental menyusul meningitis yang dideritanya semasa muda.
Selama beberapa tahun, Shijun dan ayahnya merawat sang ibu. Meski hidup susah, ternyata Shijun masih mampu berprestasi di sekolahnya.
Namun, hidup Shijun semakin sulit ketika sang ayah mengalami kecelakaan, terjatuh dari jembatan setinggi 15 meter, tempatnya bekerja. Akibat kecelakaan itu, sang ayah lumpuh.
Sebelum mendapat izin membawa ayahnya ke asrama, Shijun menyewa sebuah kamar di dekat asrama universitas sehingga di sela-sela kegiatan akademisnya, Shijun masih bisa menengok kondisi ayahnya.
Untuk membiayai studinya, Shijun terpaksa meminjam uang kepada teman dan saudaranya sebesar Rp 40 juta setahun. Uang sebesar itu hanya untuk membayar kuliah saja, di luar kebutuhan sehari-hari.
Beruntung, di tengah keterbatasan itu, Shijun berhasil mencatat prestasi dan mendapatkan beasiswa yang sangat meringankan bebannya dalam menyelesaikan studi.
"Saya tak bisa mengatakan hidup itu mudah. Namun, satu-satunya jalan untuk keluar dari masalah adalah dengan bekerja keras. Jadi, saya tak pernah mengeluh," kata Shijun.
"Saya kira setelah saya lulus kuliah, semuanya akan jauh lebih baik," ujar dia.
BEIJING — Apa yang dilakukan Guo Shijun, pemuda asal provinsi Anhui, China, ini adalah sebuah bukti kasih sayang seorang anak kepada orangtuanya sekaligus contoh seseorang yang tak menyerah mengejar cita-cita.
Guo Shijun bersikukuh hendak merawat ayahnya yang lumpuh dan ibunya yang sakit. Namun, dia juga tak ingin melepaskan kesempatan belajar di salah satu universitas ternama di China.
Kakek dan nenek Shijun bersedia merawat sang ibu. Namun, mereka tidak mampu jika harus merawat sang ayah. Untuk menyelesaikan masalah ini, Shijun menghadap manajemen universitas meminta izin agar ayahnya bisa tinggal di asrama bersama dirinya.
Melihat keteguhan Shijun yang masih mampu lolos seleksi perguruan tinggi meski menghadapi banyak masalah, pihak universitas mengabulkan permintaan pemuda berusia 20 tahun itu.
Shijun memang berasal dari keluarga miskin dan sejak kecil menjalani kehidupan yang keras. Ibunya menderita penyakit mental menyusul meningitis yang dideritanya semasa muda.
Selama beberapa tahun, Shijun dan ayahnya merawat sang ibu. Meski hidup susah, ternyata Shijun masih mampu berprestasi di sekolahnya.
Namun, hidup Shijun semakin sulit ketika sang ayah mengalami kecelakaan, terjatuh dari jembatan setinggi 15 meter, tempatnya bekerja. Akibat kecelakaan itu, sang ayah lumpuh.
Sebelum mendapat izin membawa ayahnya ke asrama, Shijun menyewa sebuah kamar di dekat asrama universitas sehingga di sela-sela kegiatan akademisnya, Shijun masih bisa menengok kondisi ayahnya.
Untuk membiayai studinya, Shijun terpaksa meminjam uang kepada teman dan saudaranya sebesar Rp 40 juta setahun. Uang sebesar itu hanya untuk membayar kuliah saja, di luar kebutuhan sehari-hari.
Beruntung, di tengah keterbatasan itu, Shijun berhasil mencatat prestasi dan mendapatkan beasiswa yang sangat meringankan bebannya dalam menyelesaikan studi.
"Saya tak bisa mengatakan hidup itu mudah. Namun, satu-satunya jalan untuk keluar dari masalah adalah dengan bekerja keras. Jadi, saya tak pernah mengeluh," kata Shijun.
"Saya kira setelah saya lulus kuliah, semuanya akan jauh lebih baik," ujar dia.
0 komentar:
Post a Comment