728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Kisah Hoakiauw di Perkebunan Xiamen

    Ada kisah Hoakiao yang pulang kampung dan hidup di perkebunan di Xiamen, sudah puluhan tahun, tapi hati mereka tetap saja melekat di tempat kelahirannya, Indonesia!
    Barangkali masih tertarik untuk mengikuti kehidupan mereka di kampung leluhurnya,

    == Komunitas Hoakiao Indonesia di Xiamen ==

    Bagi masyarakat bekas perantau Tionghoa di Asia Tenggara yang kini tinggal di daerah pinggiran kota Xiamen, periode setengah abad sama sekali tidak melunturkan memori mereka tentang kampung halaman. Saat ini mereka tinggal di daerah Perkebunan Hoakiao, dan mayoritas dari mereka lahir dan pernah hidup dari Indonesia.

    Perkebunan Hoakiao di Xiamen adalah lahan pertanian yang dibuka oleh pemerintah Tiongkok pada Maret 1960 sebagai lapangan pekerjaan bagi para perantau Tionghoa yang kembali ke tanah air pada waktu itu. Tanaman yang dikembangkan di sini termasuk padi, sayur-mayur, dan buah-buahan.
    Para perantau Tionghoa yang bekerja di sini berasal dari delapan negara Asia Tenggara, dan pada awalnya berjumlah dua ribu orang.

    Bagi Zhang Meidong yang lahir di Purbalingga, kini berusia 73 tahun, dan masih menyebut diri sebagai "Betawi asli", kenangan akan kampung halaman Indonesia itu masih begitu kuat. Dia menggubah sebuah lagu sendiri yang berjudul "Jauh di Seberang Lautan".
    Jauh di Seberang Lautan Jauhlah sudah berlayar Mungkin nanti jauh merayu Hilang tertinggal kampungku sayang Air mataku berlinang Memang benar, ingatan para bekas perantau Tionghoa dari Indonesia tentang kampung halaman di Jawa masih begitu kuat, khususnya terlihat dari lagu dan tarian. Mereka yang kini sudah memasuki usia uzur itu masih sangat lincah menarikan tarian tradisional dan dangdut, mulai dari "Cucak Rowo" sampai "Madu dan Racun".

    Di waktu senggang, para pensiunan mantan petani ini sering menghabiskan waktu bersama-sama untuk berlatih menari, khususnya untuk menyambut even spesial seperti Hari Nasional 1 Oktober. Tidak lupa, mereka pun mengenakan peci, sarung, dan kebaya, yang asli dari Indonesia dan senantiasa mengingatkan mereka pada kampung halaman.
    Bahkan dari lagu-lagu favorit mereka, seperti Teluk Bayur dan Tari Lenggang, tergambar jelas kerinduan mereka sebagai perantau di negeri seberang. Sayalah kini dagang merantau, Janganlah Tuan syirik dan benci Melenggang, melenggang, si tari lelenggang Kalau baik hati nanti orang pun sayang Para perantau Tionghoa yang tinggal di berbagai negara Asia Tenggara kembali pada era 1960-an ke Tiongkok, datang dalam beberapa gelombang. Dengan bahasa Indonesia yang masih sangat fasih, Zhang Meidong bercerita tentang beratnya perjalanan yang ditempuhnya pada zaman Orde Lama. Mereka bersama menumpang perahu dari Jakarta menuju Guangzhou, melintasi perjalanan di lautan selama satu minggu penuh. Hidup di Tiongkok pada saat itu sangat berat, karena keterbatasan makanan dan mereka harus bekerja keras di lahan pertanian.

    Tetapi sejak tahun 1990-an, sebagai dampak dari kemajuan pesat ekonomi Tiongkok, hidup pun jauh menjadi lebih nyaman. Salah satu perubahan yang dialami adalah ketika Daerah Perkebunan Huaqiao di distrik Zhuba, Xiamen dikembangkan menjadi destinasi pariwisata. Saat ini sudah dibangun fasilitas angkutan umum dari kota Xiamen untuk memudahkan para pengunjung. Para pengunjung bisa berinteraksi dengan para penghuni yang masih fasih bahasa Indonesia, juga bisa membeli pakaian tradisional dari berbagai negara Asia Tenggara, sekaligus mencicip langsung makanan khas Indonesia. Mereka selalu terkenang lezatnya masakan Indonesia, dan mereka masih melestarikan tradisi kuliner itu. Daerah perkebunan ini juga dikembangkan menjadi resor, perhotelan, pusat aktivitas budaya dan olahraga, juga agrowisata. Pengunjung bisa memetik segala jenis buah-buahan dan mencicip langsung dari kebun yang organik, tanpa dipungut biaya apa pun.

    Jangan lewatkan pula kunjungan ke Museum Hoakiao yang menampilkan pernak-pernik dan suka-duka para perantau yang pulang ke tanah air Tiongkok. Di sini Anda bisa menyaksikan foto-foto kuno, akta kelahiran, pecahan mata uang 1 rupiah, sampai koper-koper besar bersejarah yang waktu itu mengangkut barang bawaan para hoakiao dalam perjalanan panjang menyeberangi lautan.

    Bagi para hoakiao generasi pertama, pemerintah Tiongkok juga menyediakan rumah di kompleks apartemen yang modern. Sekitar 170 unit apartemen dibangun di sini, dan setiap pensiunan hoakiao itu mendapat subsidi dari pemerintah. Seorang mantan perantau dari Bandung bernama A Tek yang kini menjabat sebagai kepala bagian pariwisata Perkebunan Hoakiao mengatakan, pendapatan dari sektor pariwisata ini telah mengangkat hidup mereka. Dengan uang pensiun yang diterima, ditambah layanan pengobatan dan persediaan rumah yang layak, juga pendapatan dari sektor pariwisata, sekarang hidup memang jauh lebih mudah.

    Dia menunjukkan rumahnya yang dibangun sendiri sepuluh tahun lalu, dibandingkan dengan peninggalan rumahnya tahun 1960-an yang sangat kumuh, namun masih dipelihara sebagai peringatan sejarah di kompleks perkebunan ini. Walaupun demikian, kerinduan dari para perantau yang jauh dari seberang lautan terhadap Indonesia sangatlah kuat. Mereka masih menantikan datangnya kesempatan untuk kembali ke Indonesia, melihat Indonesia secara langsung, kampung halaman dan tanah kelahiran yang telah tinggalkan selama lebih dari setengah abad
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Kisah Hoakiauw di Perkebunan Xiamen Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top