Eksodus dari Bethlehem
Para peziarah besok malam bakal berkumpul di depan Gereja Kelahiran Yesus di Kota Bethlehem, Tepi Barat. Mereka akan mengikuti misa malam Natal. Namun identitas kota kelahiran Yesus ini kian luntur.
Para penghuni beragama Nasrani sudah banyak meninggalkan Bethlehem. Sebagian besar laporan menyebutkan eksodus warga Kristen dari sana lantaran perlakuan kejam tentara Israel. Kenyataannya tidak begitu, seperti dilansir surat kabar New York Post Senin pekan lalu.
Orang-orang Kristen di Bethlehem lebih cemas dengan meningkatnya kelompok fundamentalis Islam di sana. Sama seperti di negara Arab lainnya, warga muslim berkembang dan berusaha mengenyahkan warga Nasrani dari kampung halaman mereka.
Padahal 15 tahun lalu, sekitar 70 persen penduduk Bethlehem umat Yesus. Namun kini jumlah mereka cuma 15 persen dari 25 ribu lebih penghuni Bethlehem.
Di Bethlehem, warga Kristen sekarang merasa terkepung. Daerah-daerah pedesaan di selatan Tepi Barat terus berkembang. Mulai dari Hebron bergerak ke arah utara hingga Bethlehem dalam beberapa tahun belakangan. Orang-orang Islam banyak membeli tanah atau mengambil paksa dengan alasan tanah wakaf. Bahkan, sudah ramai obrolan soal perlu aturan buat melarang orang Nasrani memiliki tanah di Bethlehem.
Mempunyai kerabat di luar negeri berarti kesempatan buat pergi dari Bethlehem. Apalagi kerap terjadi serangan atas makam-makam nasrani dan gereja. Toko-toko milik warga nasrani juga dirusak.
Berkurangnya warga Nasrani bukan hanya terjadi di Bethlehem. Eksodus juga berlangsung di seantero Tepi Barat. Selama kepemimpinan mendiang Yasir Arafat, penduduk Kristen merosot hingga sepertiga, dari 55 ribu pada 1997 menjadi 25 ribu pada 2002 (belum termasuk Yerusalem). Populasi mereka kini jauh lebih rendah, hanya delapan persen.
Sebelum Pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Benediktus melawat ke Yerusalem Mei tahun lalu, seorang pedagang Kristen berseloroh, "Dalam kunjungan berikutnya... dia mesti membawa pastor sendiri untuk berdoa di gereja karena saat itu tidak ada lagi orang Kristen."
Para peziarah besok malam bakal berkumpul di depan Gereja Kelahiran Yesus di Kota Bethlehem, Tepi Barat. Mereka akan mengikuti misa malam Natal. Namun identitas kota kelahiran Yesus ini kian luntur.
Para penghuni beragama Nasrani sudah banyak meninggalkan Bethlehem. Sebagian besar laporan menyebutkan eksodus warga Kristen dari sana lantaran perlakuan kejam tentara Israel. Kenyataannya tidak begitu, seperti dilansir surat kabar New York Post Senin pekan lalu.
Orang-orang Kristen di Bethlehem lebih cemas dengan meningkatnya kelompok fundamentalis Islam di sana. Sama seperti di negara Arab lainnya, warga muslim berkembang dan berusaha mengenyahkan warga Nasrani dari kampung halaman mereka.
Padahal 15 tahun lalu, sekitar 70 persen penduduk Bethlehem umat Yesus. Namun kini jumlah mereka cuma 15 persen dari 25 ribu lebih penghuni Bethlehem.
Di Bethlehem, warga Kristen sekarang merasa terkepung. Daerah-daerah pedesaan di selatan Tepi Barat terus berkembang. Mulai dari Hebron bergerak ke arah utara hingga Bethlehem dalam beberapa tahun belakangan. Orang-orang Islam banyak membeli tanah atau mengambil paksa dengan alasan tanah wakaf. Bahkan, sudah ramai obrolan soal perlu aturan buat melarang orang Nasrani memiliki tanah di Bethlehem.
Mempunyai kerabat di luar negeri berarti kesempatan buat pergi dari Bethlehem. Apalagi kerap terjadi serangan atas makam-makam nasrani dan gereja. Toko-toko milik warga nasrani juga dirusak.
Berkurangnya warga Nasrani bukan hanya terjadi di Bethlehem. Eksodus juga berlangsung di seantero Tepi Barat. Selama kepemimpinan mendiang Yasir Arafat, penduduk Kristen merosot hingga sepertiga, dari 55 ribu pada 1997 menjadi 25 ribu pada 2002 (belum termasuk Yerusalem). Populasi mereka kini jauh lebih rendah, hanya delapan persen.
Sebelum Pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Benediktus melawat ke Yerusalem Mei tahun lalu, seorang pedagang Kristen berseloroh, "Dalam kunjungan berikutnya... dia mesti membawa pastor sendiri untuk berdoa di gereja karena saat itu tidak ada lagi orang Kristen."
0 komentar:
Post a Comment