Beri Pelayanan Gratis, Dokter Ini Berlayar ke Pulau-pulau Terpencil
Jakarta, Pelayanan medis gratis tentunya dambaan seluruh rakyat Indonesia. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan upaya nyata dari pemerintah untuk memberikan pelayanan medis secara gratis kepada rakyat-rakyat kurang mampu. Namun bagaimana nasib penduduk Indonesia lain di pelosok nusantara?
dr Lie A Dharmawan ternyata punya cara unik untuk memberikan pelayanan medis kepada penduduk Indonesia yang menghuni daerah-daerah terpencil. Bayangkan saja, ia memberikan pelayanan medis dari atas perahu!
"Niat ini sebenarnya sudah terpikirkan sejak tahun 2008 ketika saya mendirikan doctorSHARE, namun baru terealisasi maret 2013 lalu," ujarnya ketika ditemui detikHealh pada acara pemaparan kegiatan doctorSHARE 2013 di Mega Glodok Kemayoran, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Perahu yang diberi nama Rumah Sakit Apung dr. Lie Dharmawan ini sejatinya adalah perahu nelayan yang dimodifikasi menjadi rumah sakit terapung. Dek pertama diisi oleh ruangan dokter dan relawan. Dek kedua adalah kamar operasi dan bedah, sementara dek ketiga adalah laboratorium. Proses pengerjaan RS apung ini memakan waktu satu tahun dengan dana Rp 3 miliar.
Pada 16 Maret 2013, RSA dr Lie Dharmawan melakukan pelayaran pertamanya ke Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Disana dr Lie beserta tim doctorSHARE memberikan pelayanan medis pemeriksaan dan pengobatan gratis, penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta penentuan status gizi anak.
Kegiatan tersebut tidak hanya ada di Pulau Panggang. Pada April RSA dr Lie Dharmawan melakukan perjalanan ke Belitung Timur, Pontianak Kalimantan Barat pada Juni, Pulau Komodo pada September, dan terakhir ke Pulau Kei Besar dan Kei Kecil pada akhir September 2013.
"Seluruh kegiatan pelayanan medis di RSA gratis, tanpa terkecuali," papar dokter yang juga kepala bagian bedah RS Husada itu.
Pelaksanaan kegiatan tersebut memang bertujuan mulia, namun bukan berarti terjadi tanpa kendala. dr Lie menuturkan bahwa pada pelayaran pertama ke Pulau Panggang, sempat terjadi masalah tentang surat izin berlayar.
"Jadi tanggal 16 Maret itu kita jadwal berlayar jam 5 subuh. Namun hingga pukul 12 malam surat izin berlayar belum juga keluar. Akhirnya setelah diupayakan surat izin tersebut keluar juga jam 2 pagi," tutur dokter kelahiran Padang tersebut.
Masalah lain yang menghinggapi pelayaran bukan hanya masalah perizinan. Namun tentunya juga masalah ekonomi. Ia mengeluhkan tentang mahalnya harga solar di daerah.
"Kalau di Jakarta bisa dapat solar harga subsidi. Tapi di daerah kan tidak bisa. Harga solar disana kurang lebih Rp 13.500. Lalu satu mil laut menghabiskan kira-kira 3,5 liter solar. Coba hitung berapa puluh juta kita habis untuk berlayar ke Pulau Kei, Maluku sana," keluhnya.
Oleh karena itu, ia mengharapkan adanya bantuan-bantuan yang datang dari luar. Karena doctorSHARE ini adalah organisasi non-profit yang tentunya tidak bisa berjalan tanpa bantuan dari donatur. Untuk mengetahui info lengkapnya ada di doctorshare.org.
"Saya melakukan ini dengan semangat persatuan dan nasionalisme. Bukan karena ingin cari nama, tenar apalagi cari uang," pungkasnya.
Jakarta, Pelayanan medis gratis tentunya dambaan seluruh rakyat Indonesia. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan upaya nyata dari pemerintah untuk memberikan pelayanan medis secara gratis kepada rakyat-rakyat kurang mampu. Namun bagaimana nasib penduduk Indonesia lain di pelosok nusantara?
dr Lie A Dharmawan ternyata punya cara unik untuk memberikan pelayanan medis kepada penduduk Indonesia yang menghuni daerah-daerah terpencil. Bayangkan saja, ia memberikan pelayanan medis dari atas perahu!
"Niat ini sebenarnya sudah terpikirkan sejak tahun 2008 ketika saya mendirikan doctorSHARE, namun baru terealisasi maret 2013 lalu," ujarnya ketika ditemui detikHealh pada acara pemaparan kegiatan doctorSHARE 2013 di Mega Glodok Kemayoran, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Perahu yang diberi nama Rumah Sakit Apung dr. Lie Dharmawan ini sejatinya adalah perahu nelayan yang dimodifikasi menjadi rumah sakit terapung. Dek pertama diisi oleh ruangan dokter dan relawan. Dek kedua adalah kamar operasi dan bedah, sementara dek ketiga adalah laboratorium. Proses pengerjaan RS apung ini memakan waktu satu tahun dengan dana Rp 3 miliar.
Pada 16 Maret 2013, RSA dr Lie Dharmawan melakukan pelayaran pertamanya ke Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Disana dr Lie beserta tim doctorSHARE memberikan pelayanan medis pemeriksaan dan pengobatan gratis, penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta penentuan status gizi anak.
Kegiatan tersebut tidak hanya ada di Pulau Panggang. Pada April RSA dr Lie Dharmawan melakukan perjalanan ke Belitung Timur, Pontianak Kalimantan Barat pada Juni, Pulau Komodo pada September, dan terakhir ke Pulau Kei Besar dan Kei Kecil pada akhir September 2013.
"Seluruh kegiatan pelayanan medis di RSA gratis, tanpa terkecuali," papar dokter yang juga kepala bagian bedah RS Husada itu.
Pelaksanaan kegiatan tersebut memang bertujuan mulia, namun bukan berarti terjadi tanpa kendala. dr Lie menuturkan bahwa pada pelayaran pertama ke Pulau Panggang, sempat terjadi masalah tentang surat izin berlayar.
"Jadi tanggal 16 Maret itu kita jadwal berlayar jam 5 subuh. Namun hingga pukul 12 malam surat izin berlayar belum juga keluar. Akhirnya setelah diupayakan surat izin tersebut keluar juga jam 2 pagi," tutur dokter kelahiran Padang tersebut.
Masalah lain yang menghinggapi pelayaran bukan hanya masalah perizinan. Namun tentunya juga masalah ekonomi. Ia mengeluhkan tentang mahalnya harga solar di daerah.
"Kalau di Jakarta bisa dapat solar harga subsidi. Tapi di daerah kan tidak bisa. Harga solar disana kurang lebih Rp 13.500. Lalu satu mil laut menghabiskan kira-kira 3,5 liter solar. Coba hitung berapa puluh juta kita habis untuk berlayar ke Pulau Kei, Maluku sana," keluhnya.
Oleh karena itu, ia mengharapkan adanya bantuan-bantuan yang datang dari luar. Karena doctorSHARE ini adalah organisasi non-profit yang tentunya tidak bisa berjalan tanpa bantuan dari donatur. Untuk mengetahui info lengkapnya ada di doctorshare.org.
"Saya melakukan ini dengan semangat persatuan dan nasionalisme. Bukan karena ingin cari nama, tenar apalagi cari uang," pungkasnya.
0 komentar:
Post a Comment