Minat Beli Properti Sekarang? Waspada Sajalah...
JAKARTA - Sektor properti di Indonesia memang istimewa. Apa pun yang terjadi, harga properti di Indonesia tidak pernah jatuh.
Memang, ada beberapa pengecualian untuk kasus ini. Sebutlah misalnya, orang yang menjual properti lantaran terjepit masalah dan butuh uang dalam waktu cepat. Di luar itu, seolah tidak ada lagi yang mampu menekan harga properti dan kerap dijadikan "jaminan" membuat properti masih menarik sebagai lahan investasi. Baca: Investasi Properti Tahun Ini? Silakan Saja...
Hal itu terungkap di acara diskusi yang digelar di Jakarta. Beberapa pemerhati di bidang properti sepakat bahwa pada tahun politik ini pun sektor properti masih menarik. Hanya, para konsumen harus waspada. Hal itu seperti yang dituturkan Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda dan perencana keuangan independen dari Financia Consulting Eko Endarto.
Harga tidak pernah jatuh
"Harga properti di Indonesia tidak pernah jatuh, kecuali butuh uang. Kelapa Gading banjir harganya jatuh tidak? Secara nilai memang jatuh. Tapi, ada yang jual, tidak? Tidak ada. Harga pun tidak akan jatuh," ujar Ali.
Sementara itu, perencana keuangan independen dari Financia Consulting, Eko Endarto, menegaskan, ketika ingin berinvestasi dalam sektor properti, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu lokasi, pengembang properti tersebut, dan prospek ke depannya.
Pertimbangkan apartemen
Jakarta bisa dijadikan studi kasus. Ali mengatakan, siap atau tidak siap, mayoritas penduduk Jakarta dalam waktu sekitar 10 tahun lagi akan tinggal di hunian vertikal. Maka, membeli apartemen tentu bisa menjadi pilihan menarik sebagai lahan investasi.
Ali juga mengatakan, nanti yang masuk ke tengah kota adalah kaum komuter. Berbagai jenis apartemen, masing-masing akan memiliki pasarnya sendiri.
"Apartemen menengah dengan harga Rp 300 jutaan pasti pasarnya ada," ujar Ali.
Ali juga mengingatkan, suatu saat nanti apartemen bisa menjadi hunian lazim. Namun, adakah yang mau menyewa apartemen Anda?
"Betul, kita beli apartemen bisa kita sewakan. Salah lokasi, tidak bisa disewakan. Pastikan dahulu pasar sewanya ada. Kalau kita mau tinggal, boleh, tapi ada kemungkinan untuk kita sewakan. Misalnya, untuk mahasiswa, ekspatriat, pekerja, dan ada tidak transportasi massalnya? Itu mesti dipertimbangkan," ujarnya.
Pertimbangkan akses
Sementara itu, jika berbicara mengenai landed house, pertimbangkan juga lokasinya. "Serpong sudah terlalu tinggi, over value, tapi wilayahnya belum tertandingi," ujar Ali. "Kenapa Serpong masing menjadi primadona? Karena aksesnya banyak. Itu yang membuat satu lokasi tumbuh, dia pun akan mendongkrak harga-harga di sekitarnya."
Selain Serpong, Ali menilai kawasan Cibubur juga merupakan lokasi yang bagus. Sayangnya, daerah ini termasuk kawasan macet.
"Ketika Serpong naiknya 50 sampai 60 persen, Cibubur hanya 30 persen, tapi tetap naik. Kalau saya prediksi, 2014 melambat, tapi tidak akan jatuh. Ketika melambat pun harganya masih di atas inflasi," tandasnya.
Harga tanah
Berbagai perkembangan pun bisa terjadi. Keterbatasan tanah yang selama ini mendongkrak harga menuntut dilakukannya reklamasi. Namun, Eko juga menegaskan bahwa ketersediaan tanah yang terbatas juga bisa membawa keuntungan. Karena itu, Anda tak perlu khawatir.
"Salah satu (alasan) mengapa produk jadi mahal karena ada yang namanya kelangkaan dan tidak bisa tergantikan," ujar Eko.
"Apa alasan dilakukannya reklamasi? Karena lahannya terbatas. Mungkin, harga akan turun, tapi secara nilai dia tetap naik. Tanah terbatas, tapi keinginan orang tak pernah terbatas. Kenaikan tertinggi di tanah, bukan di bangunan. Secara normal pasti naik karena tanah terbatas. Karena kelangkaan tadi, value-nya akan meningkat," tambahnya.
Harus kreatif
Selain inovasi-inovasi baru dan pembukaan lahan baru, jangan juga lantas melupakan lahan-lahan lama yang sering kali dianggap wilayah sunset. Menurut Joko Sumariyanto dari Green Pramuka City, wIlayah-wilayah yang sudah tergolong sunset pun bisa diolah kembali menjadi wilayah sunrise.
Caranya sederhana. Anda harus mengubah properti tersebut, temukan keinginan pasar, dan lakukan dengan sedikit kreativitas.
"Misalnya, sebuah lahan dengan bagunan usang akan lebih menarik jika dijual sebagai cluster-cluster baru yang lebih menarik," ujar Joko.
Bagaimana, Anda berminat?
Investasi Properti Tahun Ini? Silakan Saja...
JAKARTA, Silakan berinvestasi di bidang properti tahun ini, meski bertepatan dengan pemilihan umum. Pemilihan umum dalam rangka memilih Presiden RI merupakan salah satu momen penting dalam sejarah bangsa dan negara. Momen tersebut pun sering kali disinyalir mampu memengaruhi pasar. Lantas, bagaimana prospek sektor properti pada tahun 2014 yang kebetulan didapuk sebagai tahun politik?
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghada pada acara bincang-bincang di Jakarta, mengungkapkan bahwa jika menilik rekam jejak kondisi ekonomi Indonesia pada tahun sebelumnya, tahun ini pertumbuhan sektor properti memang melambat. Hanya, ini merupakan siklus yang normal dan tak perlu ditakutkan. Menurutnya, isu-isu lain, seperti kehadiran bubble (gelembung), tidak akan terjadi.
"Masuk 2014, pasar properti melambat. Pertumbuhannya 20 hingga 25 persen. Tetap naik, tapi melambat. Harga pun tidak akan jatuh. Kapan pun, mau ada pemilu, tidak ada masalah," ujar Ali.
Hal senada disampaikan oleh CEO Finance Consulting, Eko Endarto. Menurut Eko, berinvestasi di bidang properti sama dengan memiliki angsa emas. Sambil menguasai properti tersebut, Anda pun bisa mencari keuntungan darinya. Namun, Eko juga meminta Anda memerhatikan kondisi di sektor ekonomi Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya.
"Anda lihat historis. Ini yang terjadi," ujarnya.
Eko juga mengutarakan, IHSG selalu naik sesudah pemilu. Pengalaman dalam pemilu sebelumnya, yaitu pada 2004 dan 2009, IHSG naik, diikuti pula dengan kenaikan harga properti. Lagi pula, Eko menimbang bahwa masyarakat Indonesia sudah mulai matang secara politik.
"Harapannya, tidak perlu ada kejadian buruk yang membuat masyarakat enggan berinvestasi di sektor politik," kata Eko.
Praktisi pun sependapat dengan hal itu. Sales Manager Green Pramuka City Joko Sumariyanto misalnya, mengungkapkan, bahwa akan ada penurunan dari pertumbuhan. Walau demikian, pengembang tidak khawatir dengan kondisi sekarang.
"Tanah itu tidak bisa berkembang dan kebutuhannya terus meningkat, sementara suplainya sudah sangat susah. Penurunan rating penjualan dikarenakan dua hal, daya beli masyarakat melemah atau sebenarnya masyarakat punya uang tapi takut. Itu saja," kata Joko.
Untuk itu, lanjut dia, ia akan memberikan keyakinan pada end user bahwa semuanya baik-baik saja.
JAKARTA - Sektor properti di Indonesia memang istimewa. Apa pun yang terjadi, harga properti di Indonesia tidak pernah jatuh.
Memang, ada beberapa pengecualian untuk kasus ini. Sebutlah misalnya, orang yang menjual properti lantaran terjepit masalah dan butuh uang dalam waktu cepat. Di luar itu, seolah tidak ada lagi yang mampu menekan harga properti dan kerap dijadikan "jaminan" membuat properti masih menarik sebagai lahan investasi. Baca: Investasi Properti Tahun Ini? Silakan Saja...
Hal itu terungkap di acara diskusi yang digelar di Jakarta. Beberapa pemerhati di bidang properti sepakat bahwa pada tahun politik ini pun sektor properti masih menarik. Hanya, para konsumen harus waspada. Hal itu seperti yang dituturkan Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda dan perencana keuangan independen dari Financia Consulting Eko Endarto.
Harga tidak pernah jatuh
"Harga properti di Indonesia tidak pernah jatuh, kecuali butuh uang. Kelapa Gading banjir harganya jatuh tidak? Secara nilai memang jatuh. Tapi, ada yang jual, tidak? Tidak ada. Harga pun tidak akan jatuh," ujar Ali.
Sementara itu, perencana keuangan independen dari Financia Consulting, Eko Endarto, menegaskan, ketika ingin berinvestasi dalam sektor properti, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu lokasi, pengembang properti tersebut, dan prospek ke depannya.
Pertimbangkan apartemen
Jakarta bisa dijadikan studi kasus. Ali mengatakan, siap atau tidak siap, mayoritas penduduk Jakarta dalam waktu sekitar 10 tahun lagi akan tinggal di hunian vertikal. Maka, membeli apartemen tentu bisa menjadi pilihan menarik sebagai lahan investasi.
Ali juga mengatakan, nanti yang masuk ke tengah kota adalah kaum komuter. Berbagai jenis apartemen, masing-masing akan memiliki pasarnya sendiri.
"Apartemen menengah dengan harga Rp 300 jutaan pasti pasarnya ada," ujar Ali.
Ali juga mengingatkan, suatu saat nanti apartemen bisa menjadi hunian lazim. Namun, adakah yang mau menyewa apartemen Anda?
"Betul, kita beli apartemen bisa kita sewakan. Salah lokasi, tidak bisa disewakan. Pastikan dahulu pasar sewanya ada. Kalau kita mau tinggal, boleh, tapi ada kemungkinan untuk kita sewakan. Misalnya, untuk mahasiswa, ekspatriat, pekerja, dan ada tidak transportasi massalnya? Itu mesti dipertimbangkan," ujarnya.
Pertimbangkan akses
Sementara itu, jika berbicara mengenai landed house, pertimbangkan juga lokasinya. "Serpong sudah terlalu tinggi, over value, tapi wilayahnya belum tertandingi," ujar Ali. "Kenapa Serpong masing menjadi primadona? Karena aksesnya banyak. Itu yang membuat satu lokasi tumbuh, dia pun akan mendongkrak harga-harga di sekitarnya."
Selain Serpong, Ali menilai kawasan Cibubur juga merupakan lokasi yang bagus. Sayangnya, daerah ini termasuk kawasan macet.
"Ketika Serpong naiknya 50 sampai 60 persen, Cibubur hanya 30 persen, tapi tetap naik. Kalau saya prediksi, 2014 melambat, tapi tidak akan jatuh. Ketika melambat pun harganya masih di atas inflasi," tandasnya.
Harga tanah
Berbagai perkembangan pun bisa terjadi. Keterbatasan tanah yang selama ini mendongkrak harga menuntut dilakukannya reklamasi. Namun, Eko juga menegaskan bahwa ketersediaan tanah yang terbatas juga bisa membawa keuntungan. Karena itu, Anda tak perlu khawatir.
"Salah satu (alasan) mengapa produk jadi mahal karena ada yang namanya kelangkaan dan tidak bisa tergantikan," ujar Eko.
"Apa alasan dilakukannya reklamasi? Karena lahannya terbatas. Mungkin, harga akan turun, tapi secara nilai dia tetap naik. Tanah terbatas, tapi keinginan orang tak pernah terbatas. Kenaikan tertinggi di tanah, bukan di bangunan. Secara normal pasti naik karena tanah terbatas. Karena kelangkaan tadi, value-nya akan meningkat," tambahnya.
Harus kreatif
Selain inovasi-inovasi baru dan pembukaan lahan baru, jangan juga lantas melupakan lahan-lahan lama yang sering kali dianggap wilayah sunset. Menurut Joko Sumariyanto dari Green Pramuka City, wIlayah-wilayah yang sudah tergolong sunset pun bisa diolah kembali menjadi wilayah sunrise.
Caranya sederhana. Anda harus mengubah properti tersebut, temukan keinginan pasar, dan lakukan dengan sedikit kreativitas.
"Misalnya, sebuah lahan dengan bagunan usang akan lebih menarik jika dijual sebagai cluster-cluster baru yang lebih menarik," ujar Joko.
Bagaimana, Anda berminat?
Investasi Properti Tahun Ini? Silakan Saja...
JAKARTA, Silakan berinvestasi di bidang properti tahun ini, meski bertepatan dengan pemilihan umum. Pemilihan umum dalam rangka memilih Presiden RI merupakan salah satu momen penting dalam sejarah bangsa dan negara. Momen tersebut pun sering kali disinyalir mampu memengaruhi pasar. Lantas, bagaimana prospek sektor properti pada tahun 2014 yang kebetulan didapuk sebagai tahun politik?
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghada pada acara bincang-bincang di Jakarta, mengungkapkan bahwa jika menilik rekam jejak kondisi ekonomi Indonesia pada tahun sebelumnya, tahun ini pertumbuhan sektor properti memang melambat. Hanya, ini merupakan siklus yang normal dan tak perlu ditakutkan. Menurutnya, isu-isu lain, seperti kehadiran bubble (gelembung), tidak akan terjadi.
"Masuk 2014, pasar properti melambat. Pertumbuhannya 20 hingga 25 persen. Tetap naik, tapi melambat. Harga pun tidak akan jatuh. Kapan pun, mau ada pemilu, tidak ada masalah," ujar Ali.
Hal senada disampaikan oleh CEO Finance Consulting, Eko Endarto. Menurut Eko, berinvestasi di bidang properti sama dengan memiliki angsa emas. Sambil menguasai properti tersebut, Anda pun bisa mencari keuntungan darinya. Namun, Eko juga meminta Anda memerhatikan kondisi di sektor ekonomi Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya.
"Anda lihat historis. Ini yang terjadi," ujarnya.
Eko juga mengutarakan, IHSG selalu naik sesudah pemilu. Pengalaman dalam pemilu sebelumnya, yaitu pada 2004 dan 2009, IHSG naik, diikuti pula dengan kenaikan harga properti. Lagi pula, Eko menimbang bahwa masyarakat Indonesia sudah mulai matang secara politik.
"Harapannya, tidak perlu ada kejadian buruk yang membuat masyarakat enggan berinvestasi di sektor politik," kata Eko.
Praktisi pun sependapat dengan hal itu. Sales Manager Green Pramuka City Joko Sumariyanto misalnya, mengungkapkan, bahwa akan ada penurunan dari pertumbuhan. Walau demikian, pengembang tidak khawatir dengan kondisi sekarang.
"Tanah itu tidak bisa berkembang dan kebutuhannya terus meningkat, sementara suplainya sudah sangat susah. Penurunan rating penjualan dikarenakan dua hal, daya beli masyarakat melemah atau sebenarnya masyarakat punya uang tapi takut. Itu saja," kata Joko.
Untuk itu, lanjut dia, ia akan memberikan keyakinan pada end user bahwa semuanya baik-baik saja.
0 komentar:
Post a Comment