728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Cara Hidup Orang Brazil

    Brazuca dan Semangat Karnaval Sepakbola Brasil

    "Sepakbola adalah bagaimana cara pandang dunia melihat Brasil dan bagaimana Brasil melihat mereka sendiri." - Alex Bellos

    "Brazuca? Orang Brasil dan gaya hidupnya." Begitu terjemahan bebas dari penjelasan FIFA saat meluncurkan bola resmi Piala Dunia 2014 awal Desember tahun lalu. Tapi apa makna sesungguhnya dari Brazuca hingga FIFA hanya menjelaskannya dengan sepucuk kalimat ringkas, "The brazuca, which means 'Brazilian' and refers to the Brazilian way of life"?

    Brazuca sendiri berasal dari dua patah kata: Brasil dan cultura. Dalam bahasa Portugis, Brazuca berarti "(orang) Brasil dan budayanya". Cukup jelas, Adidas dan FIFA hendak menegaskan bahwa Brasil beserta budayanya yang coba diejawantahkan dalam bola tersebut. Dan dengan memilih nama Brazuca, FIFA dan Adidas memberi keistimewaan penuh pada negara, orang-orang dan budaya Brasil.

    Ini berbeda dengan bola Piala Dunia sebelumnya, "Jabulani". Pemilihan nama "Jabulani" lebih karena mewakili Afrika secara keseluruhan dan bukan hanya mewakili Afrika Selatan sebagai tuan rumah. Kali ini tidak. Brazuca secara spesifik merujuk pada tuan rumah, bukan lagi merujuk totalitas benua Amerika Latin.

    Tentu saja kebudayaan sebuah bangsa tak bisa diringkas hanya dalam satu atau dua benda saja. Brazuca, sekali lagi, jelas tak merepresentasikan totalitas kebudayaan Brasil. Hanya saja, sukar untuk dibantah, bola dan Brasil memang tak bisa dipisahkan. Sepakbola adalah salah satu ekspresi budaya orang Brasil yang paling populer. Identifikasi gaya bermain kesebelasan Brasil dengan tarian khas Brasil yaitu samba sedikit banyak menjelaskan bagaimana sepakbola memang bertaut secara intim dengan ekspresi budaya orang-orang Brasil.

    Maka menamai bola resmi Piala Dunia 2014 dengan nama Brazuca sebenarnya jadi hal yang masuk akal. Terlebih desain bola Brazuca sendiri, yang bisa dikatakan sebagai bola Piala Dunia paling colorful sepanjang sejarah, dengan tepat menggambarkan ekspresi kebudayaan Brasil yang memang penuh warna, ceria, ekspresif, spontan, memuja suka cita, mengaggungkan pesta-pesta yang dirayakan secara komunal.

    Warna-warni dalam Brazuca merepresentasikan, sampai batas tertentu, cara orang Brasil menikmati hidup dan sepakbola. Para suporter Brasil bukan dikenal dengan kultur hooliganism, ultras, atau casual, yang cenderung "menutup diri", "menjaga kerahasiaan", dan agresif pada pihak lawan.

    Ekspresi para suporter Brazil cenderung terbuka, ekspresif, penuh suka cita. Dari dandanan pun sudah terlihat: menggunakan wig dengan warna-warna ngejreng, membawa drum, kadang para suporter perempuannya mencat anggota tubuh vitalnya dengan warna-warni.

    Franklin Foer, dalam bukunya yang cukup populer di Indonesia, How Soccer Explain the World, juga mengkategorikan suporter Brasil sebagai tipikal yang berbeda dengan para suporter di Eropa. Para suporter Brasil disebutnya sebagai suporter bertipe karnaval.

    Karnaval sendiri adalah sebuah peristiwa budaya yang sangat populer di Brasil. Saat karnaval berlangsung, suasana bukan hanya sangat ramai dan meriah, tapi juga penuh warna-warni sekaligus mempersatukan semua orang.

    Seorang pemikir Rusia, Mikhail Bakhtin, dengan amat bagus pernah menelaah apa arti dan apa spirit yang diusung oleh karnaval. Karnaval, kata Bakhtin, adalah momen untuk memutar-balikkan realita secara masif. Mereka yang dalam kesehariannya tertindas bisa dengan bebas menjadi raja dan penguasa. Orang-orang bodoh bisa melenggak-lenggok bebas bak ilmuwan bijaksana di hari karnaval. Mereka dibenarkan untuk menjadi apa saja dan malah mendapat lambaian tangan atau aplause dari pengunjung. Karnaval adalah ekspresi perlawanan dari mereka yang tertindas oleh realitas. Karnaval adalah momen pembebasan dari keseharian yang pahit dan rudin.

    Lambat laun, karnaval menjadi denyut nadi Brasil. Mereka yang terbiasa larut dalam pesta malam, mulai merasa kalau fiesta (pesta) lebih meriah dilakukan saat jam-jam siesta (tidur siang). Jam-jam sibuk dengan rutinitas, saat manusia dibekap oleh tuntutan deadline, dilepaskan dengan berpesta. Karnaval adalah hiruk pikuk kebebasan dan secercah harapan. Itu adalah sorak sorai mengejek penindasan rutinitas sekaligus pekik kesetaraan. Karnaval adalah pertemuan dari berbagai unsur, aspirasi, warna dalam sebuah persatuan berbalut kegembiraan.

    Semangat karnaval itu bisa menjelaskan kenapa Brasil begitu mengagungkan sepakbola. Dalam sepakbola, semangat karnaval menemukan ekspresinya dengan tepat. Melalui sepakbola, siapa pun bisa bergabung, siapa pun bisa ikut merayakan, bisa ikut berteriak-teriak di tribun, bisa secara bebas berserawung dengan orang-orang yang dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya punya kelas sosial yang berbeda.

    Satu lagi: sepakbola memungkinkan mereka yang miskin bisa menjadi raja, anak-anak yang tak punya uang tapi punya bakat luar biasa bisa saja menjadi mega-bintang.

    Keindahan yang diekspresikan dalam warna-warna cerah dan tari-tarian ala karnaval juga bisa direalisasikan dalam sepakbola Brasil. Itulah sebabnya bermain dengan mempesona, bermain indah dan tak terkekang menjadi tuntutan mendasar bagi para jemaat sepakbola di Brasil.

    Ada benarnya Brazuca didesain dengan balutan penuh warna dalam satu kesatuan karnaval. Sebab, sepakbola Brasil sendiri juga mengusung tema itu dalam permainannya. Unsur-unsur kemeriahan karnaval sudah terlihat kala kita melihat Brazilians atau Seleccao bermain. Keindahan tetap tersaji. Baik saat pamer skill individu, atau saat mereka bermain sebagai tim. Meriah dan heboh seperti dribble Garrincha atau nyaringnya genderang Samba kala selebrasi gol tercipta.

    Jogo Bonito, permainan cantik, yang mencerminkan semangat karnaval kemudian menjadi trademark mereka. Jogo Bonito, si senjata utama Brasil itu, tak pernah membuat lawan marah meski mereka terperdaya atau mati kutu. Menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka bisa dilewati maestro-maestro penipu-penipu asal Brasil.

    Inggris yang selalu mengaku negeri pencipta sepakbola sampai merasa perlu mengabadikan jersey Pele yang didapatkan Bobby Moore saat tukar kaos usai pertandingan. Dikalahkan Pele dan Seleccao 0-1 di penyisihan grup Piala Dunia 1970 adalah kebanggaan bagi Inggris dan mereka menyimpannya sebagai Priory Collection di National Football Museum, Manchester.

    Ya, karena Brasil (di momen-momen terhebatnya) memang bermain bola dengan semangat karnaval. Dan dalam semangat karnaval, kemenangan dan kekalahan boleh jadi tak begitu berarti selama mereka yang terlibat sama-sama menikmati pesta itu. Dengan itulah barangkali bisa dijelaskan kenapa jersey Pele, yang dikenakan saat Brasil mengalahkan Inggris, justru dimuseumkan oleh Inggris sendiri.

    Brasil, karnaval dan sepakbolanya seolah berseru kepada dunia kalau kemiskinan ekonomi, korup, dan semrawutnya politik yang ada di sana bisa terlupakan oleh mereka sendiri atau kita sebagai penonton. Mereka bersedia dibilang negeri kelas menengah atau miskin, tapi tidak untuk kemeriahan dan keindahan. Mereka ingin menjadi yang utama di kemeriahan sepakbola, sebab itulah jalan orang Brasil berekspresi dengan harapannya.

    Semangat karnaval dalam sepakbola Brasil itu juga ingin ditunjukkan FIFA dan adidas dalam goresan warna ramai ala karnaval di Brazuca. Federasi sepakbola dunia yang akhir-akhir ini kerap menyerukan tagline "Football for Hope" itu seperti mengajak kita untuk sama-sama larut dalam karnaval adu si kulit bundar. Bersama-sama mengekspresikan harapan dalam sebuah kegembiraan. Semangat yang menggambarkan pesta sepakbola sedunia.

    Bukan hanya pemilihan nama, keindahan Brasil juga tercermin dalam Brazuca. Raut tampan dan cantik biasanya terlintas di benak kita kala ada yang menyebut Amerika Latin. Namun FIFA dan adidas seolah menegaskan bahwa dengan menyebutkan Brazil, kita bisa menggambarkan kecantikan dan keindahan dalam kategori yang spesifik lagi. Keindahan Brasil memang unik.

    Sentuhan warna glamor nan ngejreng a la Brazil terukir indah dalam polesan desain Brazuca. Gocekan Jogo Bonito, liukan tarian Samba dan kelokan sungai Amazon terpampang jelas di sana. Keindahan yang semua mata akan tertuju padanya.

    Tak hanya untuk bola, corak warna Brazil tersebut sampai-sampai membuat Adidas keluar dari jalur klasik-elegan mereka. Sepatu bola Adidas nan klasik, Adidas Samba, yang sejak 1982 sudah dikenal dengan warna-warna klasik hitam-putih kini muncul degan pilihan warna ngejreng demi menemani Brazuca. Warna hijau stabilo, oranye hingga biru menyala dikeluarkan adidas dalam sepatu yang edisinya diberi nama Copa Mundial itu.

    Ah, itu sangat Brasil sekali!
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Cara Hidup Orang Brazil Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top